Subscribe Us

P4LESTIN4 BUTUH KEPEMIMPINAN ISLAM

Oleh Mai Hanum Asmu’i
(Kontributor Vivisualiterasi Media) 

Vivisualiterasi.com- Perayaan Idul Fitri di Gaza diwarnai kesedihan mendalam. Zionis Isr4el terus menyerang Gaza  menewaskan puluhan orang saat mereka sedang merayakan lebaran. Belum ada tanda-tanda Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan mengurangi tekanan terhadap Hamas di tengah putaran baru perundingan gencatan senjata. (tempo.co, 01/04/2025)

Harapan warga P4lestin4 menikmati kegembiraan saat menjalankan ibadah ramadan dan lebaran sirna. Meningkatnya eskalasi serangan di beberapa kota  menewaskan banyak warga Gaza dalam waktu singkat. Entitas yahudi zionis mengulangi kebiasaan biadab mereka, mengkhianati kesepakatan gencatan senjata  dengan dalih Hamas menolak damai. Alasan yang sengaja dibuat-buat sebagai pembenaran, sedangkan seluruh dunia mengetahui   bahwa nama Hamas sekadar alasan tindak biadab dan legalitas genosida.

Warga Gaza dengan sisa  kekuatan mereka harus merayakan idul Fitri di tengah reruntuhan, berharap masih ada pertolongan dari negeri negeri muslim sekitarnya. Sementara berita tentang P4lestin4 dan kampanye dukungan bagi mereka nyaris tenggelam di tengah persoalan dalam negeri masing-masing. Demikian halnya Indonesia, yang sebelumnya gencar mewartakan tentang P4lestin4 kini harus sibuk dengan permasalahan korupsi, kriminalitas, kisruh penetapan aturan baru dll. Beberapa negara bahkan mengemukakan untuk menerima usulan solusi dua negara yang ditolak mentah oleh P4lestin4. Sungguh ironis, kaum muslimin dengan jumlah 2 milyar lebih seperti singa tanpa taring. Tersisa pemimpin lemah jauh dari sifat amanah, melindungi dan mengurusi umat layaknya pemimpin dalam Islam sesungguhnya.

Hilangnya Wibawa Kaum Muslim 

Memandang permasalahan Palestina dibutuhkan pula memahami akar persoalan yang menjadi penyebab mengapa masih ada penjajahan abad moderen.  Adalah kenyataan pahit dan memalukan, kaum muslim yang dahulu pernah memimpin dunia kini kehilangan wibawa. Menyandarkan solusi permasalahan negaranya pada Amerika, Inggris dan sekutunya. Negara yang punya andil terbesar dalam mendirikan negara palsu Isr4el. Pemimpin  negeri muslim sekitar Gaza bahkan tak segan hanya tunduk, patuh, mengecam, mengutuk atau mengirimkan bantuan yang nyaris tak pernah dinikmati warga Gaza. Nyata jika Barat telah menancapkan kekuasaan di Timur Tengah tengah sejak lama. Mengikat kaki dan tangan, serta membungkam suara pemimpin negeri muslim sekitar Gaza. Membuatnya hanya sebagai pemimpin boneka pengekor peradaban barat.

Berawal ketika penguasa barat berhasil menumbangkan kepemimpinan Islam yang berpusat di Turki kala itu. Para penjajah membagi-bagi wilayah daulah Islam untuk selanjutnya menghadiahkan kepada anteknya yakni orang-orang yang sudah teracuni pemahaman barat hingga menyeru kepada kebebasan tanpa batas sebagaimana aqidah kapitalisme yang dianut para penjajah kafir. Menanggalkan batasan syara' dan berhukum dengan aturan buatan manusia. Hukum yang menimbulkan kesengsaraan dan lemahnya kaum muslim.

Perbuatan bengis Isr4el khususnya kepada P4lestin4 dan lemahnya posisi kaum muslim seluruhnya, akibat  telah mengakarnya pragmatisme dalam diri kaum muslim. Menjadikannya abai serta menganggap persoalan Palestina hanyalah permasalahan internal yang tak membutuhkan andil seluruh kaum muslim. Jerat paham nasionalisme yang sengaja di tanamkan barat, terbukti  menjadi senjata ampuh penyekat antar bangsa meski akidahnya sama. Umat muslim telah lupa sifat asli penjajah yang tak pernah puas dengan menguasai satu wilayah dan sumber daya alam dari kaum muslim. Ini pula yang mendasari Presiden Amerika Donald Trump berambisi untuk merelokasi dan membangun kembali kota Gaza menyulapnya sebagai reveira kedua untuk kepentingan Amerika. Pada saat yang sama, Amerika dan zionis mengakui ambisi mereka menelan terlalu banyak biaya. Mereka sadar Gaza merupakan benteng kokoh pertahanan terakhir kaum muslim di jazirah arab.  Genosida adalah gambaran keputusasaan penjajah dan upaya kotor terakhir yang menyingkap wajah asli dan tujuan rakusnya.

Membangun Kesadaran Kemerdekaan Hakiki

Gencatan senjata yang di tawarkan kaum zionis sejatinya hanyalah tipu daya, bukan kemerdekaan yang sejati. Hal Ini perlu ditanamkan dalam benak kaum muslim, sebagai bangsa yang pernah berjaya dengan Islam tak selayaknya  mengemis kemerdekaan kepada kaum kafir. Kemerdekaan sejati hanya akan diperoleh dengan upaya kaum muslim dengan tujuan menegakkan hukum Allah di muka bumi. Diawali dengan usaha mewujudkan perisai penerapan syariat melalui institusi Islam yang akan mengadopsi seluruh hukum dengan ketaatan dan keyakinan secara mutlak.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ÙˆَÙ…َÙ†ْ اَØ­ْسَÙ†ُ Ù…ِÙ†َ اللّٰÙ‡ِ Ø­ُÙƒْÙ…ًا Ù„ِّـقَÙˆْÙ…ٍ ÙŠُّÙˆْÙ‚ِÙ†ُÙˆْÙ†َ

"Siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al-Ma'idah 5:50)

Syariat Islam dan Penjagaan Eksistensi Kaum Muslim.

Syariat Islam yang sempurna dalam bingkai negara islam melindungi harta, jiwa dan aqidah umat serta mampu menuntaskan permasalahan penjajahan di negeri negeri muslim. Mendobrak penghalang penyebaran Islam bukan dengan kutukan atau kecaman namun secara nyata melalui kekuatan pasukan muslim. Karenanya adalah suatu kewajiban menegakkan kepemimpinan Islam dan menjadikannya sebagai mahkota kewajiban dalam aktifitas jamaah. Upaya yang harus dilaksanakan hingga terwujud kekuatan di tengah kaum muslim. Kekuatan independen yang tidak akan tunduk pada entitas manapun termasuk Amerika. Aktifitas kolektif oleh jamaah inilah yang  mampu mengakomodir usaha mewujudkan institusi Islam. Terlebih saat ini kaum muslim tidak hanya menghadapi pertarungan fisik akan halnya warga Gaza. Namun dengan penelitian secara mendalam dapat dirasakan adanya bahaya yang sejak lama mengancam eksistensi kaum muslim sebagaimana racun yang menggerogoti keyakinan  umat Islam. Bahaya tersebut adalah penjajahan pemikiran.

Penjajahan secara pemikiran merupakan bentuk bahaya yang tak kasat mata namun efeknya lebih destruktif. Di sinilah pentingnya persatuan umat. Dengan membuang perbedaan pada permasalahan cabang. Pihak barat sejak lama menyadari kekuatan umat muslim ada pada keberadaan institusi yang menyatukan pemikiran, perasaan dan aturan islam di tengah masyarakat. Dengan segala cara pihak barat berusaha membendung dan memberangus siapa saja yang menyuarakan  ditegakkannya institusi Islam. Penjajah berusaha menancapkan sekat nasionalisme diantara kaum muslim, melabelinya dalam tiga kategori. Islam tradisonalis, Islam moderat dan Islam fundamentalis,  serta mempertajam fanatisme golongan melalui agenda internasional bernama moderasi beragama.

Pihak Barat pun paham lawan setara semua agenda global tersebut adalah keberadaan suatu jamaah yang kuat secara pemikiran, memahami akar permasalahan serta memahami solusi Islam secara mendasar dari berbagai persoalan umat. Jamaah yang mengedukasi masyarakat. Menyeru pada penerapan Islam kafah sebagai akidah, membersihkan pemikiran umat dari pemahaman keliru dan tidak islami, membangun kesadarannya melalui pembinaan tsaqofah islam. Metode perjuangan penegakan kekuatan Islam sebagaimana contoh Rasulullah saw dalam membina para sahabat di Makkah dan berbuah manis berdirinya kepemimpinan  Islam di Madinah. Kepemimpinan sejati yang melindungi dan mengurusi umat dengan aturan Islam. Dengan kepemimpinan inilah kaum muslim mampu meneguhkan kedudukannya di mata dunia, mengembalikan wibawa, menjadikan Islam sebagai rahmat  bagi seluruh alam. Wallahua'lam bishawab.[AR]


Posting Komentar

0 Komentar