Subscribe Us

ANAK-ANAK GAZA, AKAN MENUNTUT TANGGUNG JAWAB KAUM MUSLIMIN

Oleh Merlianty
(Aktivis Dakwah)

Vivisualiterasi.com-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sedikitnya 100 anak telah terbunuh atau terluka setiap hari di Gaza sejak serangan dimulai kembali pada 18 Maret, bahkan saat Amerika Serikat menggarisbawahi dukungan berkelanjutan bagi Israel.(erakini.id,03/04/2025). 

Sementara itu, UNICEF mengatakan sedikitnya 322 anak dilaporkan tewas sejak Israel memperbarui serangannya pada 18 Maret 2025, menghancurkan gencatan senjata dua bulan yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025.
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell pada hari Senin mengatakan gencatan senjata telah "memberikan jalur hidup yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak Gaza dan harapan untuk jalan menuju pemulihan".

Lebih dari 39.000 anak di Jalur Gaza telah kehilangan satu atau kedua orangtua mereka akibat serangan Israel yang terus-menerus sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Dalam pernyataan yang dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, biro tersebut mengonfirmasi bahwa 39.384 anak telah menjadi yatim sepanjang 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orangtua dan kini "menghadapi kehidupan tanpa dukungan atau perawatan."(Liputa.6.com, 06/04/2025).

 *Ribuan Anak Palestina Yatim Piatu Bukti Kejahatan Perang di Gaza.* 

Genosida Israel di Gaza telah menciptakan krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern. Anak-anak ini hidup dalam kondisi yang memilukan berlindung di tenda-tenda robek atau reruntuhan rumah, tanpa akses pada perawatan sosial maupun dukungan psikologis. 

Rumah mereka hancur, keluarga tercerai-berai, dan kini mereka bertahan hidup di tengah reruntuhan, tanpa kepastian akan perlindungan, makanan, atau kehangatan. Penderitaan mereka mengejutkan nurani. Hampir 18.000 anak tewas termasuk ratusan bayi. Perang ini tidak hanya merenggut orang tua mereka, tapi juga masa kecil, rasa aman, dan masa depan mereka.Tujuh belas anak mati kedinginan di tenda pengungsian. Lima puluh dua lainnya meninggal karena kelaparan dan gizi buruk yang sistematis. 

Terdapat 60.000 anak berisiko meninggal dunia akibat tingkat kekurangan gizi yang parah dan bencana kelaparan yang mengancam. Sejak melanjutkan serangannya di Gaza setelah gencatan senjata yang rapuh membawa beberapa minggu jeda, Zionis Laknatullah telah menutup titik-titik penyeberangan perbatasan yang vital melarang masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, termasuk tepung, bahan bakar, dan pasokan medis ke jalur Gaza. 

Bahkan sebelum gencatan senjata terakhir berlaku pada bulan Januari, yang berlangsung hanya sekitar dua bulan, pasukan Israel sebagian besar menutup penyeberangan perbatasan, mengusir ribuan konvoi yang membawa pasokan bantuan. Kebiadaban zionis tiada tara, puluhan ribu anak-anak menjadi korban genosida juga meninggalkan kepedihan berupa anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orangtua. Tercatat ada 39 ribu anak yatim akibat genosida di Gaza. Tiap hari 100 anak Gaza meninggal.

Apa salah anak-anak Palestina? Mereka masih berusia kanak-kanak sehingga belum berbuat dosa, tetapi ambisi Zion*s yang didukung tuannya (AS dkk.) untuk menguasai tanah Palestina telah merenggut kebahagiaan mereka. Hal mendasar seperti makanan dan minuman saja tidak mereka dapatkan. Anak-anak ini tidak memiliki sesuatu pun untuk dimakan hingga mereka terpaksa memakan rumput dan tanah, juga meminum air kotor. Anak-anak ini setiap hari melihat kematian orang-orang yang disayanginya. Bagaimana kita berharap jiwa mereka baik-baik saja? Tidak hanya fisik mereka yang berdarah, jiwa mereka pun terluka.

Lantas, apa yang dunia (kapitalisme) lakukan untuk melindungi anak-anak Palestina? Nyaris tidak ada. Sumber masalahnya, yaitu penjajah Zion*s Yahudi, masih dibiarkan eksis dan terus melakukan genosida terhadap anak Palestina. Tidak ada upaya serius dari PBB maupun organisasi negeri-negeri Islam seperti OKI dan Liga Arab untuk menghentikan langkah Zion*s.

Semua fakta ini terjadi di tengah narasi soal HAM dan tetek bengek aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak.  nyatanya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina

Semua ini semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya. Masa depan Gaza/Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam atau khilafah yang semestinya sungguh-sungguh  mereka perjuangkan. 

 *Lindungi Anak-anak Palestina dengan Khilafah* 

Khilafah berfungsi sebagai ra'in dan junnah, Negara tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya. Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman, dan sebagai support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi yang cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa. 

Oleh sebab itu, harapan kemenangan bagi  Palestina hanya ada pada kepemimpinan politik Islam atau Khilafah. Khilafah berfungsi sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai pelindung) terhadap umat Islam, termasuk di Palestina. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”(HR. Bukhari). Juga sabda beliau,”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alayh dll.).

Khilafah akan memenuhi hak-hak anak Palestina secara sungguh-sungguh. Khilafah akan menjamin keamanan mereka, kebutuhan hidup mereka, serta menyediakan sarana kesehatan dan pendidikan. Sebagaimana Khilafah membangun Madrasah Nizhamiyah di Baitulmaqdis, Yerusalem. Madrasah inilah yang melahirkan sosok Hujjatul Islam yang keilmuannya diakui hingga saat ini, yakni Imam Muhammad Abu Hamid al-Ghazali. Beliau bahkan mengkhatamkan penyusunan kitab Ihyaa’ ‘Uluum ad-Diin di salah satu bilik Masjidilaqsa (Al-Waie, 29-4-2024).

Ketika pasukan Salib menyerang Palestina, Khilafah berhasil membebaskannya. Melalui pasukan Shalahuddin al-Ayyubi, Palestina kembali berada dalam perlindungan Khilafah Islamiah. Setelahnya, Khilafah senantiasa melindungi Palestina, bahkan ketika Khilafah dalam posisi lemah sekalipun. Pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, Khalifah Abdul Hamid II bersikeras tidak mengizinkan Yahudi untuk memiliki wilayah di Palestina.

Barulah ketika Khilafah runtuh, perisai pelindung Palestina dan  Kaum Muslim secara keseluruhan lenyap.Palestina kemudian dikuasai Zion*s Yahudi dan dicabik-cabik sampai saat ini.Oleh  sebabnya tanpa Khilafah umat Islam tidak punya pemimpin sebagai koomando mereka untuk berjihad fi sabilillah membebaskan Palestina, meski mereka sangat ingin jihad ke sana. Sedangkan penegakan Khilafah dan jihad fi sabilillah adalah solusi hakiki Palestina dan harus menjadi agenda utama perjuangan umat Islam sedunia.

Setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya khilafah agar mereka punya hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Dan solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan khilafah. 

Oleh karenanya, sudah seharusnya kita sebagai kaum muslim sadar bahwa hari kita butuh junnah untuk melindungi kaum muslim dan junnah itu hanyalah khilafah. Maka hendaklah kita menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan kebangkitan itu dengan dakwah.[PUT]

Posting Komentar

0 Komentar