Subscribe Us

AL-QUDS DIKOOPTASI, UMAT ISLAM HARUS BANGKIT

Oleh Siombiwishin
(Aktivis Muslimah)

Vivisualiterasi.com-Pekan pertama di bulan ramadan, warga Palestina kembali diusik oleh aksi huru-hara yang ditunjukkan polisi Israel, pembatasan jumlah jemaah salat lagi-lagi diberlakukan di kawasan Masjid Al-Aqsha dengan dalih keamanan. Hal ini berawal dari kasus pelemparan batu yang dilakukan oleh warga Palestina yang tinggal di Jerusalem. Pihak polisi Israel melalui juru bicaranya Micky Rosenfeld menuduh jemaah muslim sebagai pelaku pelemparan batu tersebut, kemudian pasukan polisi memaksa masuk di kawasan Masjid Al-Aqsa dan melakukan penangkapan serta membatasi jumlah jemaah salat. 

Alhasil, terdapat 20 pemuda terkurung di dalam Masjid Al-Aqsha, akses masuk kompleks pun hanya diizinkan untuk pria berusia di atas 50 tahun serta wanita dan anak-anak. Adnan Husseini, seorang pejabat Komite Tertinggi Islam Jerusalem mengatakan warga Palestina yang melemparkan batu ke orang-orang mereka adalah kelompok garis keras Yahudi yang bermaksud berdoa di lokasi itu dan merusak status quo yang sulit itu. 

"Mereka melemparkan batu-batu karena para pemukim Israel telah mengepung kompleks itu dua atau tiga hari, dan mengatakan mereka berniat memasuki kompleks masjid itu Ahad atau Senin untuk berdoa (beribadah) di Al Aqsa," kata Adnan Husseini. (Antaranews, 28-02-2025)

Peristiwa ini tentu saja mengundang kemarahan umat Islam, khususnya umat Islam yang berdiam di kawasan Al-Quds. Bentrok di luar kompleks Masjid Al-Aqsha tak terhindarkan terjadi antara polisi Israel yang bertugas dengan warga sekitar, dan sedikitnya terdapat 35 orang yang cedera. Tim Medis dari pihak Palestina menyatakan sedikitnya 17 orang cedera oleh gas air mata dan peluru logam yang berlapis karet, di sisi lain Juru bicara polisi Israel menyatakan 18 personil polisi menderita luka ringan akibat pelemparan batu dalam bentrokan itu, enam memerlukan perawatan di rumah sakit. (Antaranews, 06-03-2025)

Sementara di Gaza, di tengah gencatan senjata, Israel kembali menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga Gaza, apalagi saat Ramadan seperti ini. Israel melanggar kesepakatan yang disetujui tentang gencatan senjata sementara di Gaza selama bulan Ramadan bagi kaum Muslim dan hari raya Paskah bagi umat Yahudi, menyusul usulan utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff.

"Netanyahu berusaha membatalkan perjanjian gencatan senjata yang telah ditandatangani, untuk memenuhi perhitungan politiknya yang sempit dengan mengorbankan tawanan Israel di Gaza," kata Hamas dalam sebuah pernyataan. (alinea.id, 02-03-2025)

Fakta bahwa Israel menerapkan pembatasan jemaah salat di kompleks Masjid Al-Aqsa selama ramadan dengan dalih keamanan menunjukkan wilayah ini masih dalam penjajahan, karena keamanan kaum muslimin di tangan orang kafir.  Kemudian di Gaza, di tengah gencatan senjata, Israel menghalangi masuknya bantuan dalam berbagai bentuk. Tampak jelas, Israel mengontrol kaum muslim Palestina, baik di Tepi Barat maupun Gaza secara keseluruhan. Israel paham bahwa umat Islam masih menyimpan potensi perlawanan sehingga merasa harus menggunakan cara politik dan militer untuk melakukan penekanan, bahkan di Al Quds. 

Al-Quds atau Yerusalem telah menjadi kota penting bagi tiga agama, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Bagi umat Islam Al-Quds adalah salah satu dari tiga kota suci, juga menjadi tempat lahirnya para nabi, selain itu terdapat Baitulmaqdis atau Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat muslim serta merupakan tempat Isra Mikraj baginda nabi Muhammad saw. dalam menerima perintah salat. Bagi umat Kristen terdapat Gereja Makam Suci Kristus, di mana tempat tersebut adalah tempat Yesus disalib. Bagi umat Yahudi terdapat Tembok Ratapan yang merupakan sisa reruntuhan tembok tempat Bait Suci Kuno berada.

Mirisnya, situs suci bersejarah bagi tiga agama ini seakan tidak diindahkan, bahkan tidak lepas dari ambisi politik penjajah yang akan menodai kesucian Al-Quds. Kejadian ini tentu saja tidak bisa dibiarkan, khususnya bagi umat Islam, hal ini semestinya digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan. Umat Islam tidak boleh lagi diam, apalagi sampai tetap berharap pada solusi Barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian yang digadang-gadangkan namun nihil, tidak ada hasil.


Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 190 yang artinya, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas...”

Entitas zionis Israel adalah muhariban fi'lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang atau jihad, bukan hanya jihad secara defensif, tapi secara ofensif yang akan efektif dan solutif jika di bawah komando seorang khalifah. Umat Islam harus segera bangkit dari tidurnya, membangkitkan pemikiran yang selama ini terbelenggu. Umat Islam harus sadar bahwa Islam memiliki solusi yang paripurna dalam menyelesaikan persoalan Palestina, termasuk menjaga kesucian Al-Quds. Untuk mewujudkan itu, diperlukan adanya suatu sistem pemerintahan yang memberi kuasa bagi pemimpin untuk menyerukan jihad dengan mengirimkan militer membebaskan kota suci Al-Quds. Sistem itu tidak lain adalah sistem pemerintahan Islam atau yang biasa disebut Khilafah, penegakkan kembali Khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. Wallahu’alam.[PUT]


Posting Komentar

0 Komentar