Subscribe Us

GENJATAN SENJATA BUKAN SOLUSI PALESTINA

Oleh Rina Ummu Nazril
(Kontributor Vivisualiterasi Media) 

Vivisualiterasi.com- Gencatan senjata Israel dan Hamas di Gaza terancam batal. Terungkap bahwa kabinet Israel masih akan memberikan suara pada Jum'at (17/1) mengenai kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera.

Dua anggota kabinet telah menyuarakan penentangan terhadap gencatan senjata. Di mana Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir mengancam keluar dari pemerintahan jika menyetujui kesepakatan. 

Di sisi lain, kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menuduh Hamas mengingkari beberapa bagian perjanjian perdamaian, meski hamas mengatakan "tidak ada dasar" untuk tuduhan Israel. Netanyahu bahkan berjanji menunda pemungutan suara kabinet hingga masalah tersebut ditangani.

Serangan terbaru Israel juga makin gencar membombardir Gaza kemarin dan menyebabkan puluhan orang tewas. Militer Zionis mengatakan telah menyerang 50 target di seluruh wilayah itu selama 24 jam Hamas mengatakan serangan terbaru Israel kemarin di Gaza menewaskan 80 orang dan melukai ratusan lainnya. Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, memperingatkan bahwa serangan Israel itu telah membahayakan nyawa para sandera sendiri.

Menurut Hamas, mereka yang akan dibebaskan berdasarkan kesepakatan bisa tewas. "Dapat mengubah kebebasan mereka... menjadi tragedi," tegasnya. 

Meski demikian, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang telah terlibat dalam upaya mediasi selama berbulan-bulan, mengatakan bahwa ia yakin gencatan senjata akan berjalan sesuai jadwal. "Saya yakin dan sepenuhnya berharap implementasi akan dimulai seperti yang kami katakan, pada Minggu," tegasnya, dikutip AFP.

Hal sama juga dikatakan mediator lain Mesir. Dalam sebuah pernyataan, Kairo mengatakan gencatan senjata harus "dimulai tanpa penundaan". Sebelumnya, perayaan diberikan warga Gaza terkait kesepakatan damai gencatan senjata yang diumumkan mediator lainnya Qatar, Rabu. Namun Saeed Alloush, yang tinggal di Gaza Utara, mengatakan bahwa dia dan orang-orang yang dicintainya "menunggu gencatan senjata dan merasa bahagia", tapi serangan udara pada malam hari menewaskan banyak kerabatnya.

"Itu adalah malam paling bahagia sejak 7 Oktober" hingga "kami menerima berita tentang 40 orang dari keluarga Alloush yang menjadi martir", katanya.

Perang Gaza dimulai Oktober. Serangan Israel yang dianggap banyak kelompok kemanusiaan termasuk PBB genosida tersebut, telah menewaskan 46.788 orang.

Genjatan senjata antara Israel dan Palestina (Hamas) telah disepakati pada tanggal 15 Januari 2025. Perjanjian ini dirancang oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, dan mencakup tiga tahapan. 

Tahapan pertama melibatkan genjatan senjata selama enam minggu, pembebasan tiga puluh tiga warga Israel yang disandera oleh Hamas, dan pembebasan tiga puluh hingga lima puluh warga Palestina yang ditahan oleh Israel. Kedua pihak juga sepakat untuk saling bertukar sandera dengan warga Palestina yang bertahun-tahun ditawan penjajah tanpa alasan dan proses pengadilan.

Tahapan kedua mencakup gencatan senjata permanen dan pembebasan sisa sandera laki-laki Hamas. Sementara itu, tahapan ketiga melibatkan pembebasan jenazah sandera Israel yang meninggal. Perjanjian ini juga mencakup penarikan Israel dari Gaza dan proses rekonstruksi yang berlangsung selama tiga sampai lima tahun. Perjanjian ini telah disetujui oleh kabinet keamanan Israel dan seluruh kabinet Israel, serta ditandatangani oleh para perundingnya. Namun, perjanjian ini belum mencakup penghentian blokade di Jalur Gaza oleh Israel yang berhasil di pertukaran tahanan dan narapidana antara kedua belah pihak, kebolehan masuknya bantuan medis dan makanan ke Gaza.

Genjatan senjata saja tidak cukup sebagai solusi jangka panjang untuk konflik Israel-Palestina. Karena ada beberapa alasan:

1. Tidak menyelesaikan akar dari konflik permasalahannya: Genjatan senjata hanya menangani gejalanya saja bukan dari akar penyebab konfliknya.
2. Tidak memenuhi kebutuhan dasar: Genjatan senjata tidak menjamin hak-hak dasar Palestina, seperti kebutuhan pokok,  kebebasan bergerak, dan akses sumber daya yang lainnya yang pasti dibutuhkan oleh warga Palestina
3. Tidak mengatasi ketimpangan kekuatan: Genjatan senjata tidak mengubah ketimpangan kekuatan antara Israel dan Palestina. Karena Israel mempunyai banyak senjata dan juga militer yang sangat kuat dan canggih

Tak Cukup Untuk Bebaskan Palestina

Genjatan senjata saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Palestina, sebab gencatan senjata tidak akan mengakhiri kebrutalan dan pembantaian terhadap muslim Palestina atau memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang aman dan juga tanpa ada rasa ketakutan. Entitas Zionis ini tidak memiliki rasa kemanusiaan ataupun rasa normalitas bagi muslim Palestina, dan tidak menghormati perjanjian, norma atau hukum internasional; dan mendekati orang-orang Palestina hanya melalui kacamata penghinaan, pembantaian dan pemusnahan. 

Pembebasan Palestina tidak boleh menyisakan entitas Yahudi di bumi Palestina sekuat apapun kekuatan mereka atau campur tangan dengan negara-negara yang kekuatan dan militernya canggih, seperti Eropa dan Amerika. Pembebasan Palestina hanya bisa ditemupuh dengan jihad dan didirikannya Khilafah di seluruh dunia, maka Palestina akan terbebas dari penjajahan Yahudi.

Solusi Total: Jihad dan Khilafah

Menghentikan perang melawan Zionis dan Yahudi adalah umat Islam sendiri, perang tidak akan pernah berhenti meskipun Zionis didukung oleh pasukan yang sangat besar. Hanya kaum muslimin dan umat Islam yang mempunyai kekuatan untuk menghentikan peperangan ini.

Allah Swt berfirman, "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al-Baqarah: 217)

Negara sebagai perisai (junnah) yang melindungi seluruh rakyatnya dengan seluruh kekuatan politik yang dimiliki Negara.

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang dan berlindung dengan dirinya." (HR. Muslim)

Penguasa dalam sistem Islam akan menjaga darah, harta, dan kewarganegaraan, dan juga akan menjamin seluruh rakyatnya sejahtera.

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian dan kehormatan kalian haram atas kalian seperti terlarangnya pada hari ini, bulan ini dan negeri ini." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ketika Khilafah tegak di muka bumi, ia tidak akan mengabaikan satu nyawa kaum muslimin sedikitpun, dan tidak akan membiarkan tanah mereka atau wilayah kaum muslimin jatuh ke tangan kaum kafir melalui perjanjian-perjanjian barat.

Kepemimpinan bagi seluruh umat Islam hanya dengan tegaknya khilafah di seluruh penjuru dunia yang akan membentuk dunia dengan keadilan Islam dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kekuasaannya yang akan menjaga keamanan dalam dan luar negeri bagi wilayah tersebut, menerapkan Islam di dalam negeri dan mengembannya ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad.

Khalifah sebagai seorang pemimpin yang akan menghilangkan pengaruh kekuasaan kaum kafir bagi kaum muslim dan akan menghancurkan sekat-sekat nasionalisme di seluruh dunia Islam. Khalifah juga akan membebaskan tanah-tanah kaum muslim yang terjajah oleh kaum kafir, seperti Palestina sekarang dan termasuk tanah kaum muslim yang lainnya. Khalifah juga akan menjadi perisai bagi seluruh  dunia dan akan menjaga nyawa seorang muslim dan menjaga kehormatan umat Islam, termasuk kaum perempuan dan anak-anak. Wallahua'lam bish-shawab.[AR]



Posting Komentar

0 Komentar