(Aktivis Dakwah Nisa Morowali)
Melansir dari Antara News (15/02/2025), Donal Trump mengusulkan pembatalan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Trump juga menyatakan bahwa atas kuasa darinya, kekacauan akan terjadi di Wilayah Gaza. Demi memenuhi ambisinya, Donal Trump berusaha mencamplok wilayah Gaza, Palestina. Tentu saja, ambisi yang dimiliki oleh Trump bukan tidak beralasan. Keinginannya untuk mengambil alih wilayah Gaza disebabkan karena sebuah ambisi membangun resort mewah di wilayah tersebut. Namun, sebelumnya warga palestina harus dipindahkan terlebih dahulu ke negara tetangga lainnya. Tentu saja, pernyataan tersebut menuai kecaman dari berbagai negara lain.
Masifnya agresi yang dilancarkan oleh Israel dengan adanya keterlibatan barat. Memicu reaksi dari sejumlah kalangan masyarakat di berbagai negara. Di London, lebih dari 150.000 demonstran berbondong-bondong turun kejalan dan menyambangi kedutaan besar AS sebagai bentuk protes mereka terhadap keserakahan para penjajah yang menginginkan wilayah Palestina untuk diambil alih dan mengusir paksa rakyatnya. Aksi ini menunjukkan adanya solidaritas terhadap warga palestina yang tak hentinya mengalami genosida. Adapun Isi pesan dari para demonstran adalah terkait perlawanan terhadap kampanye pembersihan etnis. (Sindo News, 16/2/2025)
Imperialisme Kafir Barat
Menelisik pernyataan Trump terkait ambisinya mengambil alih wilayah Gaza, Palestina. Nampak jelas bahwa, Trump tengah menunjukkan taringnya kepada dunia terkait pola pikir imperialisme yang sangat kejam. Terlebih lagi Trump memandang bahwa tanah kaum muslim merupakan komoditas yang sewaktu-waktu dapat dirampas sesuai kehendaknya. Kerusakan parah yang tengah dialami oleh wilayah Palestina menjadi sasaran empuk yang kemudian akan dijadikan sebagai wilayah yang dapat menghasilkan keuntungan berlipat dengan merencanakan pembangunan real estate disana.
Dibawah kepemimpinannya yang otoriter, mampu membungkam para penguasa muslim, terlebih lagi adanya hubungan bilateral antara Yordania dan Amerika Serikat yang terjalin sejak tahun 1949, memudahkan AS melakukan intervensinya. Selain itu, Keberpihakan rezim yordania terhadap musuh dengan pasukan pertahanan AS adalah salah satu strategi imperialis negara adidaya yang menjadikan negara tersebut sebagai pion guna memuluskan strategi politik bersama sekutunya Zionis laknatullah.
Bahkan dilansir dari VOA (12/2/2025), setelah pertemuannya dengan Donal Trump di gedung putih, Raja Yordania Abdullah II kemudian meminta agar Trump turut mengambil peran utama terhadap perdamaian dan stabilitas wilayah timur tengah. Meskipun saat itu Raja Yordania melakukan penolakan terhadap Trump terkait wacana relokasi warga Gaza dari Palestina. Namun, penolakan tersebut hanya sebuah retorika semata. Sebab, penguasa muslim masih menjalin hubungan mesra dan bergantung pada musuh-musuh Islam. Terbukti dari pernyataan Raja Yordania yang menyatakan bahwa polemik yang terjadi membutuhkan kepemimpinan AS karena sebelumnya telah berperan penting terhadap perwujudan gencatan senjata. Nyatanya, misi kemanusiaan yang ditawarkan AS hanyalah sebuah kedok belaka.
Sungguh ironis, sejak runtuhnya daulah khilafah, penguasa muslim telah kehilangan kepercayaan dirinya sehingga tugas kepemimpinan rela mereka serahkan kepada kolonial kafir barat. Tak heran jika sumber masalah utama umat muslim hari ini adalah nation state dan para penguasa mereka. Masifnya intervensi dan penindasan yang dilakukan oleh kolonial kafir barat, akibat ketiadaan persatuan umat muslim yang mengaburkan kekuatannya. Adapun kecaman dan pembelaan para demonstran dan negeri-negeri muslim lainnya tak bernilai apa-apa, sebab lemahnya persatuan umat hari ini.
Derasnya arus doktrin kapitalisme terhadap umat, telah menggerogoti pemikiran umat muslim hari ini yang melahirkan penguasa sekuler, liberal serta merusak sistem kepemimpinan Islam. Umat Islam telah kehilangan jati dirinya dan kelemahan ini menjadi peluang emas bagi kolonial kafir barat untuk mencapai tujuannya yakni memperluas area jajahannya dan menguasai tanah Palestina yang notabene merupakan hak seluruh umat muslim.
Memberantas Kezaliman dengan Jihad dan Khilafah
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina bukan hanya semata-mata krisis kebangsaan Palestina ataupun krisis kemanusiaan, lebih dari itu permasalahan ini merupakan musibah besar yang menimpa seluruh umat muslim. Sebab tanah Palestina adalah hak seluruh umat muslim. Sejak era kepemimpinan Umar Bin Khattab RA., tanah palestina haram dicaplok oleh entitas Yahudi dan sekutunya terlebih lagi jika diserahkan begitu saja. Relokasi bukanlah solusi melainkan, sebuah makar yang sangat berbahaya sehingga wajib untuk ditentang. Adapun terkait pandangan oleh sebagian muslim tentang wajibnya hijrah para penduduk Gaza dari zona kritis yang telah banyak menewaskan penduduk dan melukai sebagian lainnya merupakan pendapat yang bathil. Sebab, dengan melakukan hijrah dari wilayah Palestina akan semakin memudahkan musuh-musuh Islam mencamplok dan memperluas area jajahannya.
Mengingat bahwa saat ini umat muslim di wilayah Palestina sedang dalam keadaan terdesak dengan serangan yang dilancarkan entitas Yahudi secara brutal kepada penduduk Gaza, maka sudah menjadi kewajiban untuk umat muslim di wilayah lain agar segera menolong saudara seakidahnya. Adapun Implementasi bentuk dukungan yang dapat diberikan adalah membuka pintu perbatasan dinegara tetangga sehingga memudahkan akses masuknya berbagai bantuan logistik, seperti bahan pangan dan obat-obatan. Bahkan, tak segan mengirimkan bala bantuan pasukan militer untuk mempertahankan wilayah Gaza, Palestina. Sebagaimana firman Allah Swt.,
"Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan". (QS. Al-Anfal [8] : 72)
Sejatinya, perpecahan yang terjadi dalam tubuh umat muslim hari ini disebabkan ketiadaan Khilafah sebagai institusi yang menaungi. Oleh karenanya, menegakkan khilafah dan menghadirkan sosok khalifah adalah sebuah perihal yang urgen. Sebab, dengan berada dibawah naungannya, mampu menyatukan dan melindungi umat Islam dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. Keberadaan institusi Khilafah juga akan mendorong terlaksananya jihad fisabilillah sehingga misi penyelamatan Gaza, Palestina dapat terwujud dan segala bentuk kezaliman dapat di berantas secara tuntas hingga keakarnya.
Oleh karena itu, diperlukan penyadaran umat dengan melakukan seruan dakwah secara masif yang dilakukan oleh kelompok dakwah Islam ideologis untuk membongkar makar kolonial barat dan kongkalikongnya dengan para penguasa muslim serta kemudian senantiasa bersatu dan menyerukan penerapan syariat Islam dalam bingkai khilafah Islamiyah. Wallahu a'lam bisshowab. [PUT]
0 Komentar