Subscribe Us

DERITA ANAK GAZA, BUTUH TENTARA NEGARA

Oleh Manta
(Aktivitas Dakwah Kampus)

Vivisualiterasi.com- Sekitar 473 juta anak, atau lebih dari satu dari enam anak, diperkirakan tinggal di daerah konflik di seluruh dunia, menurut badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF. Berdasarkan data UNICEF tahun 2023, populasi anak di dunia yang berusia di bawah 18 tahun adalah 2,4 miliar. Pernyataan UNICEF sendiri muncul pada Sabtu (28/12) ketika konflik terus berkecamuk di seluruh dunia, termasuk di Gaza, Sudan, Ukraina, dan di sejumlah tempat-tempat lainnya. Dalam perang Israel yang menghancurkan di Gaza khususnya, setidaknya 17.492 anak dilaporkan tewas dalam hampir 15 bulan konflik yang telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong tersebut menjadi puing-puing.

Komisioner Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, pada Minggu (22/12), mengatakan Israel telah melanggar semua peraturan perang di Jalur Gaza. Lazzarini menyoroti pelanggaran yang terus terjadi di Jalur Gaza, tempat Israel telah melancarkan serangan militer selama 14 bulan terakhir. Eskalasi selama 24 jam terakhir, semakin banyak warga sipil dilaporkan tewas dan terluka. Serangan terhadap sekolah dan rumah sakit telah menjadi hal biasa. Dunia tidak boleh menjadi kebal terhadap ini. Semua perang memiliki aturan, dan semua aturan itu telah dilanggar.

Gencatan senjata di Gaza sudah sangat mendesak dan menyerukan penghentian serangan untuk melindungi warga sipil. Israel melancarkan perang genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari 45.200 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang di Gaza.

Kesengsaraan umat Islam di Palestina adalah buah dari perjanjian internasional negara bagian barat, perjanjian Skyes-Picot, deklarasi Balfour dari inggris menjadi langkah awal mula penjajahan di Palestina. Penjajahan tersebut tetap berlanjut bahkan mendapat dukungan dari negara adidaya, yaitu Amerika Serikat, sebagai negara utama pengemban ideologi Kapitalisme. Amerika serikat menjadikan zionis sebagai alat untuk meraih dan meningkatkan manfaat serta kepentingannya di bagian Timur Tengah. Serta menahan pengaruh Uni Soviet di Timur Tengah. Dukungan ini mulai ada sejak tahun 1948 hingga saat ini. Hubungan diplomatik antar keduanya terbentuk ketika duta besar Amerika Serikat, James Grover McDonald menunjukan kredensialnya sejak 28 Maret 1949. Ketika perang Yom Kippur berlangsung, Amerika Serikat juga tak segan memberi dukungan penuh kepada zionis, salah satunya dengan cara mengangkut perangkat keras militer setelah Mesir dan Suriah.

Selama sistem kepemimpinan sekuler Kapitalisme masih tegak berdiri, tidak ada keadilan yang dirasakan umat muslim seluruh dunia terutama di Palestina. Berbagai macam upaya dilakukan, tidak akan membuat zionis merasa takut, karena senantiasa di dukung oleh Amerika Serikat yang memiliki kekuatan lebih baik dalam bidang militer, teknologi dan lainnya. Amerika Serikat terus memberikan dukungan kepada entitas Yahudi baik dari segi senjata maupun kesiapan pasukannya. Sebuah laporan terbaru untuk proyek brown costs of war memperkirakan bahwa senjata yang disubsidi AS untuk Israel telah mencapai setidaknya $22,76 miliar sejak awal perang di Gaza. Sebagai negara pemegang erat ideologi Kapitalisme, AS telah mendukung sepenuhnya Gerakan zionis untuk melakukan penjajahan kepada Palestina. Fakta tersebut seharusnya membuat ummat sadar bahwa ini bukan hanya sekedar perang melainkan penjajahan karena realita kekuatan dan dukungan yang dimiliki tidak seimbang. Zionis mendapatkan dukungan negara adidaya untuk mendukung Palestina, sementara Palestina berdiri sendiri untuk melawan zionis. Maka dari itu, solusi-solusi parsial seperti kecaman, donasi, pemboikotan, dan lain sebagainya tidak cukup untuk menghentikan penjajahan tersebut. Palestina membutuhkan solusi nyata seperti pasukan dan senjata. Namun, para pemimpin negeri muslim masih tetap diam dan tidak melakukan tindakan bahkan dukungan, terutama untuk berjihad melawan penjajahan terhadap Palestina. Hal itu merupakan bentuk pengkhianatan dan ketidak pedulian terhadap saudara sesama muslim.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)

Sistem kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan sungguh merajalela bahkan menjadi mayoritas penganut di seluruh dunia terutama AS, telah membatasi rasa persaudaraan sesama muslim di seluruh dunia, tersekar-sekat oleh nasionalisme, kedudukan dan kekuasaan lebih mereka pentingkan sehingga mematikan makna persaudaraan karena iman dan Islam.

Umat muslim harus menggunakan pemikiran mendalam dan cemerlang untuk mendudukan masalah ini serta mencari akar penyebab masalah, hingga nantinya dapat ditarik solusi yang hakiki serta fundamental. Kebencian peradaban barat yang digaungkan oleh entitas Yahudi yang didukung oleh AS, salah satunya, yaitu penjajahan terhadap Palestina. Oleh karena itu, satu-satunya cara menghentikan penjajahan ini adalah mengusir mereka dari bumi Palestina melalui jihad fi sabilillah.

وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ ۝

"Perangilah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah: 191)

Penyatuan pemikiran dan perasaan berlandaskan Islam akan membuat kaum muslimin sadar dan tidak ridho atas penerapan sistem Kapitalisme terutama di negeri yang memiliki jumlah Muslim mayoritas terutama Palestina. Saat ini, negeri-negeri muslim terpecah belah menjadi banyak negara dengan sekat-sekat nasionalisme, hal ini terjadi sejak runtuhnya Daulah Islam sejak tahun 1924 M. Runtuhnya peradaban Islam tersebut, menjadikan persaudaraan Islam tidak terwujud dan negeri muslim mencukupkan dengan retorika dan tidak mengerahkan kemampuan yang besar dalam melawan penjajahan atas dasar kepentingan kaum muslimin. Muslim Palestina tidak hanya sekadar membutuhkan usaha parsial, seperti donasi ataupun boikot, namun juga membutuhkan para pasukan muslim dari negeri muslim untuk melawan penjajahan yang dilakukan oleh zionis Yahudi. Kehadiran pasukan tersebut hanya terwujud oleh negara yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh. Negara yang sadar bahwa perannya adalah pelindung atau junnah bagi umat, sehingga ketika ada kaum muslim yang tertindas, maka negara akan mengerahkan segala kemampuannya untuk membela. Selain itu, negara yang berlandaskan sistem Islam, tidak akan melayani kepentingan negara-negara kafir penjajah terutama yang memusuhi kaum muslimin. Penerapan syariat Islam ini membutuhkan tekad ikhtiar dan doa dari seluruh kaum muslimin, sehingga dimulai dari membangun kesadaran terhadap hal ini. Semakin banyak yang sadar, maka akan semakin banyak yang berjuang dan mendukung tegaknya syariat Islam, serta menjadi jalan pula untuk menghilangkan segala bentuk tindas dan penjajahan kepada kaum muslimin, termasuk muslim palestina yang Tengah berjuang memperjuangkan tanah palestina dan kesucian Baitul Maqdis.

Umat Islam harus terus mendorong penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka untuk berjihad melawan zionis. Selain itu, penjajahan wilayah muslim tak akan terjadi jika ummat memiliki negara yang menjadi pelindung umat yaitu negara yang berladaskan sistem Islam. Dahulu, ketika Islam masih tegak dan menguasai peradaban, barat tidak dapat menginjak-injak dan merendahkan kaum muslimin. Palestina dijaga dengan sepenuh hati, ditebus dengan darah para syuhada’. Sebab, Palestina adalah tanah kharajiyyah yang telah dibebaskan oleh para mujahid pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Dengan demikian, tegaknya Islam menjadi suatu hal yang urgen saat ini. Namun, tegaknya khilafah bukan merupakan suatu hal yang mudah. Butuh perjuangan, dan dalam mengawali perjuangan tersebut butuh ikhtiar dalam mengkaji Islam agar mudah dalam memahamkan umat terkait urgensi tegaknya kembali kehidupan Islam. Dakwah yang dilakukan yaitu dakwah yang menempuh thariqah dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar