Subscribe Us

KRIMINALISASI PEMUDA MAKIN MENGERIKAN

Oleh Raihun Anhar, S.Pd.
(Aktivis Muslimah)

Vivisualiterasi.com-Menurut WHO, pemuda adalah yang berusia 10-24 tahun. Definisi ini terlalu sempit mengingat usia muda tidak terbatas pada 24 tahun, melainkan lebih. Terkadang orang yang sudah berusia tua namun semangatnya masih muda. 
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemuda adalah setiap orang yang memiliki cita-cita atau harapan serta semangat untuk mencapainya. Walaupun tujuan akhirnya berbeda. Ada yang menginginkan kebaikan maupun keburukan. 

Lihatlah potret pemuda negeri ini, 15 anak yang terlibat tawuran di Cidaun, Cianjur, Jawa Barat. Ditemukan pisau di saku celana mereka seperti dilansir oleh RRI (22/9). Di Semarang pun marak tawuran gangster, sejak Januari hingga September telah tercatat 21 kasus, (detikjateng.com, 20/9/24).

Mengapa Pemuda Jadi Kriminal?

Dari permasalahan di atas, tentu ada alasan dibalik perbuatan itu. Kriminalitas merupakan pelanggaran hukum yang pelakunya akan mendapatkan sanksi sesuai pelanggarannya. Jika tidak disanksi maka akan menambah kerusakan. 

Adapun faktor-faktor tindakan kriminal itu terjadi di antaranya: Pertama, lemahnya kontrol diri. Di saat ada yang mengusik kenyamanan, maka ia akan main fisik (tawuran). Menurut pihak berwajib, awal peristiwanya karena saling sentil di sosmed. Maka dapat dikatakan bahwa tawuran ini terjadi karena tidak sanggupnya mereka mengelola rasa marah. 

Kedua, krisis identitas. Pemuda kehilangan teladan terbaik dalam hidupnya. Di rumah ia tidak mendapatkan sosok orang tua yang baik. Ditambah hidup di era digital membuat senang berselancar di medsos. Tidak dipantau orang tua menjadi kebablasan akhirnya. 

Ketiga, disfungsi keluarga dan tekanan ekonomi. Orang tua sibuk bekerja untuk penuhi kebutuhan yang semakin meningkat harganya. Akibatnya, terbengkalai pengasuhannya. Membuat anak mencari pergaulan di luar dan terjerumus pada pergaulan buruk. 

Ketiga, faktor ini merupakan hasil dari penerapan sekularisme. Tidak bisa mengontrol emosi karena tidak diajarkan mengelola emosi sesuai agama. Hancurnya keluarga akibat kehidupan kapitalistik yang menganggap materi itu lebih penting, sehingga kedua orang tua sibuk bekerja untuk penuhi kebutuhan keluarga dan melepaskan tanggung jawab mendidik anak. 

Memisahkan agama dari kehidupan sejatinya tidak memberikan kebaikan sedikit pun. Maka wajar kerusakan merata di seluruh lini kehidupan. Oleh sebab itu, sekularisme harus diganti dengan sistem hidup yang memperbaiki kondisi pemuda hari ini. Pemuda butuh Islam untuk bisa unggul. 

Islam Membentuk Pemuda Unggul

Generasi muda ini butuh didikan yang mampu mengubah cara berpikir mereka. Islam mengajari anak dimulai dari kandungan ibu yang berperan sebagai madrasah al-ula. Ayah pun sama. Tidak bisa orang tua berharap pada sekolah saja. Mengapa? Karena sekolah membutuhkan kerjasama dari keluarga, masyarakat, dan negara untuk membentuk generasi muda yang unggul. Jika tugas mendidik generasi dibebankan pada sekolah sedangkan keluarga, masyarakat, dan negara abai, jangan heran jika kerusakan generasi terjadi di mana-mana. 
 
Sekolah dalam islam memiliki kurikulum yang jelas. Bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam. Anak-anak yang pemikiran dan pola sikapnya Islam. Dengan demikian, tidak akan kita temukan generasi seperti hari ini. 

Di samping itu juga, peran masyarakat dan negara adalah sebagai pengontrol. Gunanya apabila terjadi pelanggaran hukum di ruang publik maka masyarakat melakukan amar makruf nahi mungkar. Negara memberi hukuman tegas apabila terjadi pelanggaran hukum. Misalnya ada perzinaan maka berlakukan hukum rajam dan cambuk. Tujuannya agar tidak terulang lagi. 

Adapun mengenai mengelola rasa marah, Islam punya solusi yang efektif. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Dzar ra, Nabi saw. bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

“Bila salah satu diantara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah menghilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Dawud, no. 4782) 

Adapun hadits lain berikut ini: 

ﻻ تغضب ولك الجنة 

Jangan marah bagimu surga.” (HR. Ath-Thabrani) 

Islam dalam sejarah peradaban dunia telah menghasilkan banyak pemuda unggul. Di antaranya para sahabat, seperti Ali bin Abi Thalib yang dijuluki sebagai gerbang ilmu. Ummul mukminin Aisyah yang menghafal ribuan hadits. Zaid bin Tsabit di usia remajanya, ia menjadi jubir Rasulullah karena menguasai berbagai bahasa dunia. Khalid bin Walid panglima perang yang tak terkalahkan. Mus'ab bin Umair duta politik Islam pertama di Yatsrib, ia berhasil dakwah dalam 1 tahun. 

Selain para sahabat ada juga generasi setelahnya. Contohnya Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel (Turki), di usianya yang masih 21 tahun. Para ilmuwan muslim dan muslimah hebat seperti Khawarizmi, Ibnu Sina, Maryam Asturlabi, dan lainnya. Mereka semua adalah bukti bahwa hanya Islam yang mampu membentuk generasi unggul. 

Rasulullah saw. Role Model Pemuda 

Apa yang membuat para sahabat nabi dan tabiin dan tabiut tabiin itu hebat? Karena menjadikan Rasulullah sebagai role model dalam hidup mereka. Mereka mengikuti  Rasulullah saw dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah. Para ilmuwan muslim menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, sehingga mereka bisa menguasai berbagai ilmu. 

Rasulullah memiliki pengaruh yang amat besar bagi manusia di seluruh dunia. Hal ini diakui oleh Barat melalui karya Michael H. Hart dalam bukunya, “100 a Ranking of the Most Influential Persons in History” atau 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia. Ia menempatkan Rasulullah saw. pada posisi pertama sebagai manusia yang paling berpengaruh di dunia. 

Oleh karena itu, tak ada lagi teladan terbaik selain Rasulullah. Bukan hanya penulis Barat yang mengakui kehebatan Rasulullah. Tetapi Allah telah jauh hari menjelaskan kepada kita bahwa sudah ada teladan yang baik dalam diri Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21) 

Jika merasa Nabi terlalu berat untuk diteladani, ingatlah bahwa Nabi pernah berkata kepada para sahabat tentang kita. Nabi menyebut kita sebagai saudaranya. Kemudian para sahabat berkata: bukankah kami saudaramu? Nabi menjawab “Kalian sahabatku. Saudaraku adalah umatku yang tidak hidup bersamaku, tetapi mereka mencintaiku dengan mengikuti sunnahku”. Pernyataan Rasulullah tersebut membuat iri para sahabat. 

Untuk itu, jangan berkecil hati. Marilah meneladani Nabi sebagaimana generasi terdahulu. Dengan itu, niscaya kehidupan rusak sekarang akan berubah menjadi baik. Wallahu a'lam bishawab.[AR]



Posting Komentar

0 Komentar