(Pemerhati Remaja)
Akibat kejadian tersebut, enam orang yang merupakan teman korban dalam kegiatan OSIS diperiksa. Sekalipun keluarga korban mengaku telah ikhlas melepas kepergian korban, meyakini bahwa tidak ada unsur kesengajaan alias sebagai sebuah musibah. Namun, pihak kepolisian tetap melakukan penyelidikan sebagai bagian dari tugas mereka. Hanya saja tidak dilanjutkan ke proses hukum, (Kompas.com, 11/07/24).
Masa muda memang masanya pencarian jati diri, jiwa muda masih menggelora,
waktunya bagi mereka unjuk gigi sebagai bentuk aktualisasi. Salah satunya adalah aktivitas merayakan ultah di antara teman sejawat. Seakan menjadi tren bagi remaja. Setia kawan adalah landasannya. Demi membuat kenangan indah yang tak mudah dilupakan, mereka rela untuk lakukan aktivitas di luar norma.
Akibat Tindakan Spontan Tanpa Berpikir
Perilaku remaja yang seringkali spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam, justru berdampak negatif bagi mereka sendiri. Tidak jarang, bahkan bisa merugikan orang lain di kemudian hari. Hal ini yang sepatutnya diwaspadai, sebab tidak menutup kemungkinan kelalaian kecil yang sering dibuat secara konsisten, justru menjadi normalisasi di tengah masyarakat atas landasan kebiasaan dan pembenaran. Maka, penting bagi remaja untuk selalu mengasah cara berpikir mereka.
Ketika remaja tidak terbiasa berpikir secara mendalam, mereka pun akan tumpul dalam membuat keputusan di setiap aktivitas. Selalu menyepelekan sesuatu dan lemah terhadap analisis masalah yang sedang dihadapi. Hal ini timbul akibat ketidakpahaman mereka atas kaidah berpikir dan beramal, serta kelak adanya pertanggung jawaban atas setiap perbuatan. Padahal, sejatinya, sebagai seorang muslim, ada tuntutan dalam mencari ilmu (baca: berpikir) terlebih dahulu sebelum beramal.
Ketika remaja menghilangkan proses berpikir dalam setiap aktivitasnya, maka akan dengan mudah mereka abai terhadap risiko yang mungkin akan terjadi. Timbul aktivitas yang jauh dari kata produktif bahkan lebih dominan sekadar bersenang-senang tanpa pikir panjang. Demi menunjukkan jati diri sebagai manusia yang baru beranjak dewasa, serta memenuhi ego dan hawa nafsu semata. Tak memandang lagi norma serta standar agama.
Walhasil, peristiwa latah kejutan ultah semacam di atas akan terus mewarnai selama remaja tidak mampu membiasakan diri untuk berpikir mendalam. Hal ini berefek pada hilangnya nyawa orang tak bersalah atas kelalaian yang pada hakikatnya bisa dicegah, sebab kehidupan serba permisif dan bebas seperti sekarang justru memudahkan remaja bertindak demikian, yakni kehidupan bernuansa sekuler yang mendukung bahkan berpotensi besar merusak cara berpikir remaja.
Islam Mewajibkan Setiap Muslim Berpikir
Islam memiliki sistem pendidikan yang khas, yakni senantiasa mengajarkan setiap muslim mengenai kaidah berpikir yang benar. Sebab, setiap aktivitasnya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Maka, dalam pelaksanaannya mesti dipikirkan terlebih dahulu mengenai hukum syaraknya. Kaidah berpikir yang benar inilah yang akan menghasilkan amal produktif dari proses berpikir mendalam.
Proses berpikir mendalam bisa terwujud dari kebiasaan berpikir cepat dan itu dapat dilatih pada setiap orang. Artinya, semua orang memiliki potensi yang sama untuk bisa berpikir mendalam jika ia berusaha untuk membiasakan diri. Sebab, Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Sebagaimana seruan Allah dalam surah Al Baqarah ayat 286, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Allah telah menganugerahkan akal bagi manusia sebagai alat untuk berpikir. Dari potensi akal inilah manusia mampu menimbang baik dan buruk berdasarkan tolak ukur hukum syarak. Berbeda dengan hewan yang tidak memiliki kemampuan akal. Maka, wajar jika hewan banyak yang melakukan aktivitas menyimpang. Jadi, keberadaan akal sangat besar dalam proses berpikir manusia.
Termasuk ketika seseorang hendak menjadi seorang muslim, mereka pun akan dituntut untuk berpikir dan belajar dalam meraih akidah Islam yang benar, yakni dengan penuh keyakinan. Bukan atas hasutan dan iming-iming orang lain. Sebagaimana seruan Allah dalam banyak ayat di Al-Qur'an. Sebab, dari keyakinan tersebut, akan lahir sebuah konsekuensi keimanan yang akan mengaitkannya pada keterikatan hukum syarak.
Ketika setiap muslim mampu terikat dengan hukum syarak, secara otomatis dia telah mengaplikasikan proses berpikir mendalam. Maka, kecil kemungkinan kejadian semacam latah kejutan ultah yang menjadi tren di kalangan remaja hingga merenggut nyawa orang tak bersalah akan terulang menjadi sebuah fenomena yang memprihatinkan.
"Hai Ahli Kitab! Mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim? Padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikirberpikir?" Wallahu a'lam bishawab.[V]
0 Komentar