(Aktivis Muslimah Tangerang)
Vivisualiterasi.com- Innalilahi wainnailaihi rojiun, kejadian tragis menimpa seorang siswa yang juga Ketua OSIS di SMAN 1 Cawas, Klaten, Jawa Tengah berinisial FN (18). Ia tewas tersetrum kabel listrik usai diceburkan teman-temannya ke kolam saat momen perayaan pertambahan usianya (ultah). (Detik.com, 9/7/2024)
Kepala Kepolisian Sektor Cawas, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Umar Mustofa, mengatakan pihak keluarga korban sudah menerima peristiwa tersebut sebagai musibah. (Tempo.com, 9/7/2024)
Merayakan momen ulang tahun sudah menjadi kebiasaan di masyarakat hari ini. Cara merayakannya pun beraneka ragam, Mulai dari sekadar mengucapkan selamat ulang tahun, mengirimkan kata-kata atau doa selamat melalui media sosial, mengadakan perayaan dengan mengundang banyak orang serta membuat dekorasi, game, hiburan bahkan surprise/kejutan.
Pandangan Islam tentang Ulang Tahun
Jika kita melihat pada sejarah orang-orang shaleh terdahulu, tidak ada catatan mereka melakukan perayaan tertentu untuk memperingati hari kelahiran atau pertambahan usia. Nabi Muhammad saw sendiri tidak pernah merayakan ulang tahunnya, begitu juga para sahabat lainnya.
Jika kita baca sejarah, ternyata perayaan ulang tahun ini dimulai oleh orang Mesir kuno yang merayakan hari lahir Fir'aun karena mereka percaya Fir'aun adalah manifestasi Tuhan. Kemudian tradisi ini dilanjutkan oleh orang Yunani dengan adanya lilin ulang tahun. Kemudian tradisi ini berkembang ke semua warga negara dan bangsawan negara-negara Eropa dan Barat. Karena perayaan ini bukan berasal dari ajaran Islam, maka harus kita tinggalkan. Rasulullah saw bersabda:
"Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak." (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits riwayat Abu Dawud juga diingatkan bahwa siapa yang meniru suatu kaum, maka ia adalah bagian dari kaum itu.
Sementara untuk mengucapkan selamat kepada seseorang yang bertambah usianya tidak terdapat keterangan khusus mengenai ini. Imam Al-Qamuli berkata dalam kitab Al-Jawahir, "Aku belum pernah mengetahui pernyataan dari salah satu ulama pun mengenai ucapan selamat hari raya, selamat tahun baru dan bulan tertentu (dan juga ucapan ulang tahun) sebagaimana yang sering dilakukan oleh banyak orang."
Banyak alim ulama berpendapat merayakan ulang tahun lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaat. Seperti kejadian tragis yang menimpa siswa di Klaten ini.
Mengucapkan ulang tahun jika tujuannya untuk meningkatkan kebaikan itu hukumnya boleh. Tapi harus dihindari merayakan ultah yang mengarah pada pesta, hura-hura dan perbuatan sia-sia karena apalagi melanggar syariat hukumnya bisa jadi haram.
Karena merayakan serta mengucapkan selamat pada hari ulang tahun tidak ada syariatnya dalam Islam, sebaiknya kita tidak melakukannya. Ingatlah sabda Rasulullah saw berikut:
"Kamu telah mengikuti sunah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehat demi swasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksud itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi?". (HR. Bukhari Muslim)
Saat ini, tren merayakan ultah dengan membuat kejutan bisa merupakan bentuk eksistensi diri. Kadang mereka melakukannya dengan spontan tanpa disertai pemikiran yang mendalam akibat yang bisa ditimbulkan dari perbuatan mereka. Mereka cenderung senang melakukan segala sesuatu sekadar untuk senang-senang dan tidak berfaedah bahkan kebablasan serta melanggar syariat.
Semua ini akibat kurangnya pemahaman agama pada individu terutama generasi muda hari ini. Sekularisme membuat agama dipisahkan dari kehidupan. Standar perbuatan tidak lagi berdasarkan ridha Allah Swt, melainkan manfaat yang standarnya akal dan hawa nafsu.
Kurangnya pemahaman terhadap agama membuat generasi hari ini jauh dari pemahaman bahwa segala perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya. Memang dalam kasus ini mereka tidak berniat mencelakai, ini adalah musibah, tapi tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Dalam hidup ini, ada ranah yang bisa dikuasai manusia, yang bisa dipilih apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan. Mereka bukan lagi anak kecil yang tidak mengerti hal baik dan buruk.
Generasi hari ini juga latah mengikuti suatu tren. Semua itu akibat perkembangan teknologi informasi. Semua serba dimudahkan, tapi tidak diiringi dengan pengaturan informasi yang dapat membentengi dari kejahatan dan kemaksiatan.
Teknologi hari ini ibarat pisau bermata dua, sekaligus racun bagi generasi. Mereka sangat mudah terwarnai oleh tren lewat tayang televisi, film, dan postingan media sosial. Berapa banyak postingan tentang perayaan ultah berseliweran yang terus menjadi tontonan masyarakat. Akhirnya tontonan tersebut menjadi tuntunan.
Pendidikan hari ini juga gagal membentuk generasi yang memiliki kepribadian gemilang. Pendidikan hari ini berfokus pada materi sementara dari sisi mental dan kepribadian minus.
Hal ini tidak lepas dari penerapan sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini yang mana sistem pendidikannya dirancang untuk menghasilkan materi. Sehingga banyak lahir generasi pintar secara akademik, tetapi lemah dalam moral dan akhlak. Mirisnya ini terus menerus terjadi seiring bergonta-gantinya kurikulum.
Tiga Pilar Islam Atasi Permasalahan
Islam memiliki tiga pilar yang saling bersinergi dalam menciptakan generasi unggul baik dari sisi akademik maupun non akademik (moral dan akhlak). Pilar pertama dengan membangun ketakwaan individu. Setiap individu didorong untuk senantiasa taat, beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Semua ini akan terwujud dengan adanya sistem pendidikan Islam dan terjaganya suasana keimanan yang dimulai dari keluarga. Peran orang tua sangat penting untuk menanamkan akidah kepada anak-anaknya.
Kedua, adanya kontrol masyarakat dengan adanya amar makruf nahi mungkar. Ketika ada kesalahan atau kemaksiatan maka saling menasehati bukan malah memaklumi apalagi menutupi. Masyarakat tidak boleh bersikap individualis.
Ketiga, adanya peran negara yang menerapkan semua aturan Islam dalam segala aspek kehidupan. Negara mengatur sistem sosial, pendidikam Islam, menerapkan sistem sanksi sehingga kejahatan dan kemaksiatan tidak terus berulang.
Demikian sempurna pengaturan Islam dalam menjaga manusia dan menciptakan keharmonisan dalam kehidupan, masihkah kita ragu? Sungguh hanya dengan sistem Islam keberkahan hidup dapat kita rasakan. Wallahua'lam bish-shawab.[AR]
0 Komentar