Subscribe Us

GENERASI PENERUS PERADABAN

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Aktivis Muslimah Sleman, DIY) 

Vivisualiterasi.com-Pemuda adalah generasi yang memiliki tekad juang dan semangat yang tinggi. Mereka adalah generasi penerus dan menjadi agen untuk sebuah perubahan besar. Pemuda adalah generasi pembaharu yang identik dengan perjuangan. Mereka memiliki peran penting dalam memajukan peradaban. Hal itu bisa dibentuk tatkala mereka mulai memahami jati dirinya yang memiliki daya gerak yang visioner. Oleh karena itu, agar pemuda peka dengan peran dan posisi strategisnya, maka mereka harus memahami potensinya sebagai generasi yang kaya akan ide, inisiatif, kritis dan aktif berkontribusi dalam membangun peradaban. 

Sejalan dengan makna pemuda, Indonesia menggelar Upacara Hari Anak Nasional yang berpusat di Istora Papua Bangkit, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua beberapa hari lalu. Dalam keterangan pers, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa anak-anak harus dipersiapkan dengan matang untuk masa depan. Mereka tidak hanya pintar dan pandai, tetapi juga harus berkarakter dan berwawasan luas. (setkab.go.id, 23-07-2024) 

Perlu dipahami bahwa anak-anak yang memiliki karakter dan berwawasan luas adalah mereka yang sejak dini ditanamkan konsep akidah yang benar, serta menancap kuat dalam dirinya. Akidah adalah dasar pembentukan karakter anak agar kelak mampu menyandang predikat generasi yang bukan hanya sebagai penerus bangsa, melainkan sebagai penerus peradaban. 

Sayangnya, kondisi saat ini tidak mendukung pembentukan karakter yang kuat terhadap anak. Hampir tiap hari media memberitakan ragam permasalahan yang menyelimuti anak-anak, serta kenakalan remaja yang tak bisa dibendung, seperti bullying, seks bebas, narkoba, minuman keras, pelaku judi online, geng motor, mental health, hingga stunting.

Akar Masalah

Sangat memprihatinkan jika peringatan Hari Anak Nasional sekadar seremonial, tetapi output yang ada jauh dari kata pemuda berkarakter dan berwawasan luas, atau dengan kata lain hari peringatan tersebut tak bermakna apa-apa. Permasalahan anak muda demikian kompleks, tidak hanya datang dari internal keluarga, tetapi juga lingkungan sekitar termasuk sekolah tempat mereka mengenyam pendidikan. Itu semua tak mampu mengantarkan mereka melakukan sebuah perubahan. 

Rumah yang menjadi tempat belajar pertama bagi seorang anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak dioptimalkan untuk membentuk karakter dan kepribadian khas pada anak. Hal ini karena orang tua gagal memanfaatkan masa-masa golden age. Masa golden age yang seharusnya dipupuk dengan akidah yang benar (Islam), terabaikan dengan beragam alasan. Entah karena sibuk mengejar karier dan target-target duniawi, atau karena keadaan yang memaksa seorang ibu turut mengayuh roda ekonomi sebab kebutuhan kian mengimpit. 

Memang benar, berbagai permasalahan dalam lingkungan keluarga berpangkal pada kebutuhan ekonomi yang tidak menyejahterakan seisi rumah. Maka, tidak heran bila kita jumpai anak-anak yang berperangai kasar atau berperilaku buruk layaknya kejahatan yang dilakukan orang dewasa. Bahkan sekadar mengenal Sang Pencipta pun tidak tahu, akibat pengabaian orang tua mendidik anak dengan ilmu agama dan dekat dengan Al-Qur'an. Sementara, yang membuat anak-anak berkarakter dan berwawasan adalah dari ilmu agama yang mengajarkan tentang dari mana mereka berasal, untuk apa mereka hidup, dan akan ke mana setelah kehidupan dunia ini berkahir. 

Belum lagi dengan lingkungan sekitar yang tidak kondusif, jauh dari positif vibes, sehingga awasan orang tua tidak mempan ketika berada di luar rumah. Pun lingkungan sekolah yang terkesan abai mencetak generasi yang unggul dalam kesalehan dan ketakwaan. Sekolah fokus mencetak generasi yang jago sains dan berbagai ilmu pengetahuan, padahal kesalehan dan ketakwaan inilah yang membentuk karakter pemuda sebagai penggerak perubahan. 

Pentingnya Ilmu Agama

Anak-anak muda yang dekat dengan ilmu agama, dekat dengan Penciptanya, adalah mereka yang berhasil dibina dan dikembangkan potensinya sesuai dengan tuntunan syariat, hingga mengantarkan mereka menjadi pemuda yang melakukan perubahan ke arah lebih baik. Pembinaan ini pula yang mengantarkan mereka berperan penting di masyarakat, bahkan menjadi sosok negarawan. 

Ilmu agama adalah fondasi kuat dalam menentukan sejauh mana mereka menjadi sosok pemuda yang berkualitas. Semakin tinggi kualitas yang ada dalam dirinya, maka akan semakin baik peran dan pengaruh yang akan mereka berikan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, mendidik anak-anak tidak bisa dengan menafikan ilmu agama (Islam), sebab ilmu agama yang menuntun mereka menjadi pemuda yang berjalan di atas jalan yang benar, ilmu agama yang membuat mereka berdaya sebagai agen penggerak, sekaligus kontrol sosial di lingkungan masyarakat demi masa depan yang lebih baik. 

Ilmu agama pula yang meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam membantu menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat. Mereka akan memberanikan diri terlibat langsung dalam masyarakat untuk menghilangkan wujud masyarakat sekuler yang lebih mementingkan dunia, bahkan alergi dengan aturan Pencipta manusia. 

Khatimah

Merujuk pada pedoman hidup umat Islam, yakni kitab suci Al-Qur'an, sebenarnya Allah Swt. telah memerintahkan manusia untuk mengabdi hanya pada-Nya semata, sebagaimana firman-Nya;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56) 

Mengabdi pada Allah Swt. adalah fitrah yang telah Allah tetapkan pada agama Islam ini. Seyogianya anak muda muslim tetap teguh di atas fitrah Islam. Sampai kiamat pun fitrah ini tak akan pernah berubah. Yang ada justru orang-orang akan berbondong-bondong masuk ke dalam fitrah yang lurus ini, yakni Islam. 

Islam telah memiliki sosok-sosok pemuda sejati dan terbaik di setiap masanya. Idealnya, anak muda hari ini seharusnya mengikuti sosok mereka. Keberadaan mereka telah tercatat dalam sejarah peradaban Islam. Anak muda harus kembali pada jati diri mereka yang dipenuhi cahaya iman sehingga potensi dan peran strategis mereka ditujukan hanya untuk kebangkitan peradaban Islam. Lewat jejak merekalah langkah awal tegaknya peradaban Islam yang kedua akan dimulai dan siap mengawal umat membawa perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah. 

Wallahu a'lam bi ash shawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar