(Kontributor Vivisualiterasi media)
Vivisualiterasi.com- PHK Massal oleh suatu perusahaan bukanlah hal yang tabu kita jumpai dalam sistem ekonomi yang kita emban sekarang ini. PHK seolah menjadi langkah pertama untuk menyelamatkan perusahaan yang berada di ambang kebangkrutan, Seolah para pekerja adalah pion terdepan yang harus dikorbankan, mengapa demikian? Sudah benarkah langkah tersebut? Faktanya itulah yang terjadi di lapangan.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, "Pemerintah relatif lamban merespon gejala penurunan industri manufaktur. Sehingga jika tidak ditangani, fenomena PHK masih akan berlanjut dan berpengaruh pada pemulihan ekonomi". Sejalan dengan pernyataan tersebut, Wakil Ketua APINDO DKI Jakarta, Nurjaman mengatakan "Meluasnya PHK di sektor manufaktur akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di masa depan". Beliau berharap pemerintah lebih hadir untuk mengatasi masalah tersebut. (CNBC Indonesia, 19/01/24)
Kabar PHK yang viral setelah adanya unggahan video di media sosial oleh PT Hung-A Indonesia, Pabrik ban asal Korea Selatan tersebut disebutkan melakukan PHK terhadap ribuan pekerjanya, bahkan dikabarkan akan menutup operasionalnya mulai Februari 2024. (CNBC Indonesia, 20/01/24)
Berita ini menjadi berita buruk di laman pertama manufaktur Indonesia di tahun ini. Setelah pada tahun 2023 kemarin setidaknya ada 7.200-an pekerja jadi korban PHK di 36 perusahaan berbeda, masalah yang melatarbelakangi pun berbeda-beda, ada yang telah menutup total operasionalnya, relokasi hingga efisiensi biaya.
PHK massal tentu bukan hanya masalah di negeri ini, ada banyak kasus serupa di negara-negara lain. Sebut saja pada akhir Maret 2023 kemarin, perusahaan hiburan besar Walt Disney melakukan PHK massal terhadap 7.000 karyawan dengan alasan efisiensi. (Tempo.co, 28/03/23). Hal ini niscaya terjadi karena sistem ekonomi dunia saat ini begitupun di juga di Indonesia menerapkan sistem ekonomi Kapitalis, dimana perusahaan yang lahir di dalamnya pun bersifat kapitalis.
Perusahaan dalam sistem ekonomi kapitalisme hanya berfokus kepada untung-rugi, dimana keuntungan adalah tujuan semata. Jadi, ketika terjadi kerugian atau modal yang dikeluarkan tidak mampu kembali lebih banyak atau sebanding, maka salah satu jalan pintas yang di ambil adalah PHK terhadap karyawan dengan alasan efisiensi dll.
Perusahaan mungkin akan memberikan pesangon terhadap pekerja tersebut, akan tetapi apakah benar pesangon mampu menjadi solusi bagi pekerja yang baru saja kehilangan pekerjaannya? Nyatanya bukan hanya kehilangan pekerjaan, pekerja juga kehilangan sumber nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perusahaan dalam sistem kapitalisme tentu tidak akan mengambil pusing hal tersebut, tidak ada hubungannya dengan perusahaan sama sekali setelah kontrak terputus.
Masalah PHK jelas menyulitkan hidup rakyat, masyarakat sekarang menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari kepada hasil kerja kerasnya sendiri. Adapun bantuan dari negara baik berupa bansos nyatanya tidak mencukupi. Hal ini bisa menjadi tamparan keras bagi pemerintah, seharusnya pemerintah lebih jeli lagi melihat akar sebab kesulitan rakyat sehingga tidak lagi hanya sekedar memberi solusi yang nyatanya tidak menyelesaikan satu hal pun. Akan tetapi, bukankah demikian memang hal yang seharusnya terjadi dalam sistem sekarang ini, Segala hal yang tidak menguntungkan bukanlah menjadi urusan bagi yang lainnya.
Solusi Islam
Sangat berbanding jauh dengan sistem ekonomi Islam, di mana negara ditempatkan sebagai raa'in yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan rakyat. Sistem yang diterapkan pun tidak menghasilkan aturan-aturan yang menyengsarakan rakyat karena segala aturan yang ada didalamnya tidak lain adalah syariat Islam.
Dalam bidang Ekonomi, negara akan menyediakan lapangan kerja yang luas dengan cara pengoptimalan ekonomi riil. Sistem Islam (Khilafah) akan mengoptimalkan tiga bidang penopang ekonomi negara, diantaranya industri, perdagangan dan jasa, serta pengelolaan sumber daya alam.
Dalam bidang industri, Khilafah akan mengembangkan industri berat yang kemudian akan mendorong lahirnya industri-industri lain. Alasan mengapa suatu negara meskipun memiliki sumber daya yang cukup bahkan tenaga ahli yang mumpuni, tentu akan sia-sia jika tidak didukung oleh industri yang tersedia.
Khilafah akan menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif dengan menutup celah untuk unsur Maghrib, monopoli dll. Setiap orang akan mendapat kesempatan yang sama tanpa terkecuali.
Mengenai pengelolaan SDA, Khilafah akan mengelolanya secara mandiri, atau bisa juga dikatakan bahwa negara akan mengelola sendiri SDA yang terdapat didalamnya tanpa menyerahkan kepada swasta atau tangan ketiga. Dalam Islam jelas bahwa SDA adalah kepemilikan umum yang haram hukumnya untuk dihakpateni secara pribadi.
Ketiga bidang ini juga didukung oleh SDM yang lahir dari pendidikan Islam. Dimana mereka telah di didik berkompeten sesuai dengan bidangnya.
Tidak hanya itu, untuk menunjang perekonomian bagi masyarakat. Negara akan memberikan bantuan berupa modal jika memang masyarakat tersebut mampu untuk mengelola akan tetapi terkendala dengan modal.
Jadi jelas bahwa hanya Islamlah yang memiliki peraturan hidup terbaik, karena mengatur secara keseluruhan tanpa terlewat hal sekecil apapun. Bahkan terbukti bahwa sistem ekonomi Islam adalah sistem yang mampu bertahan tengah krisis ekonomi kapitalisme. Jadi alasan apalagi yang melatarbelakangi kita untuk tidak mengambil Islam secara keseluruhan. Wallahua'lam bish-shawab.[Dft]
0 Komentar