Oleh Ainiyatul Fatihah
(Aktivis Dakwah)
Vivisualiterasi.com- Tak hanya menghabisi nyawa satu keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, PPU, J alias SJ (16), seorang siswa SMK juga menyetubuhi jasad SW (34) istri korban, dan RJ (15) yang tak lain adalah anak pertama korban, Waluyo (35). Aksi bejat J dilakukan tak lama setelah dia membantai Waluyo sekeluarga, Selasa (6/2) dini hari. (jawapos.com)
Nasib malang juga dialami siswi SMA (16 tahun) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia diperkosa pacarnya (21 tahun) dan digilir oleh sepupu pacarnya. (liputan6.com)
Miris, kasus generasi muda hari ini seolah tak ada habisnya. Mulai dari tawuran, minum minuman keras, judi online, pinjaman online, pergaulan bebas, aborsi, hingga tega melakukan perbuatan keji hanya karena masalah percintaan.
Tidak hanya itu, baru baru ini Satreskrim Polres Dumai meringkus seorang gadis di bawah umur berusia (16 tahun) akibat melakukan Aborsi di Wisma Cemara Kelurahan Jayamukti Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai lantaran takut ketahuan hamil oleh orang tuanya. (halloriau.com)
Beginilah gambaran nyata generasi muda hasil didikan sistem sekulerisme yang menafikan peran agama dalam kehidupan, menjadikan generasi muda bebas dan kebablasan dalam pergaulan sehingga tak jarang generasi muda saat ini memutuskan untuk menikah tanpa persiapan karena Married By Accident. Dan tidak bisa dipungkiri sistem ini telah membentuk karakter generasi muda yang brutal dan sadis, merasa bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya, merasa hebat mendapatkan apa yang diinginkannya, bahkan tidak merasa berdosa telah menghilangkan nyawa seseorang. Tontonan dalam sistem sekulerisme pun menjadi penyumbang terbesar sebagai penghancur generasi dan peradaban. Karena tontonan pornografi dan kekerasan menjadi asupan generasi sehari-hari.
Persoalan generasi saat ini tidak jauh dari masalah percintaan. Mencintai adalah sesuatu hal yang wajar, karena cinta adalah sebuah fitrah dari Allah. Namun rasa cinta ini tidak boleh dilepas secara liar supaya tidak berakibat nestapa dan sengsara. Generasi saat ini hanya mengejar kesenangan sementara tanpa mengindahkan aturan pencipta. Dan ketika aktivitas kemaksiatan dianggap wajar maka akan menghalalkan azab Allah. Padahal jelas dalam Islam bahwa aktivitas pacaran adalah haram dan awal mula dari perzinahan, sedangkan zina adalah tindakan fahisyah atau keji yang akan mengundang murka Allah.
Islam dengan tegas memberikan sanksi kepada pelaku zina. Dalam Islam sanksi berfungsi sebagai zawajir (pencegah) dan jawabir (penebus dosa). Bagi pezina yang belum menikah (Ghairu Muhsan), didera seratus kali dan diasingkan selama setahun dan bagi pezina yang sudah menikah (Muhsan), didera seratus kali dan dirajam. Tetapi sanksi ini hanya bisa dilakukan oleh seorang khalifah dalam sebuah kepemimpinan Khilafah, karena sanksi ini tidak bisa dilakukan oleh individu maupun masyarakat pada umumnya.
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan, Islam mempunyai pemecahan dalam menyalurkan gharizatun Nau' yaitu dengan pernikahan.
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Kami tidak pernah mengetahui solusi dari dua orang yang saling mencintai selain menikah." (HR. Ibnu Majah).
Islam memandang generasi sebagai memegang peranan penting sebagai tonggak dan penerus peradaban. Penjagaan Islam sangat sempurna untuk melahirkan generasi berkepribadian Islam yang tidak mudah terombang ambing arus zaman.
Mahfudzot arab mengatakan,
شَبَابُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَد
Artinya: Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan
Maka tak heran jika Ir. Soekarno pun pernah berkata, "Beri aku 1000 orang tua akan ku cabut semeru dari akarnya. Dan beri aku 10 pemuda akan kuguncang dunia". Namun bagaimana generasi muda kita saat ini bisa menjadi pemimpin masa depan dan mengguncang dunia, jika generasi mudanya justru terguncang oleh sistem sekulerisme dan liberalisme.
Dalam sistem Islam, keluarga adalah benteng pertama bagi generasi. Orang tua haruslah berilmu untuk pendidikan terbaik anak-anaknya yang menjadikan akidah Islam sebagai asasnya dan membentuk karakter anak yang mencintai dan takut kepada Allah dan RasulNya. Karena kualitas orang tua pun sangat berpengaruh kepada kualitas anak-anaknya.
Figur seorang ayah sebagai pelindung dan pendidik anak-anaknya menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa wajib memberikan bekal agama kepada keluarganya sesuai syariat Islam secara sempurna demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sedangkan figur seorang ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya harus menanamkan kesadaran bahwa mereka sedang membentuk calon pemimpin penakluk Roma yang di rindukan Rasulullah saw sebagai orang-orang terbaik yang tidak pernah dilihat oleh para sahabat dan dari rahim-nyalah akan lahir generasi pewaris peradaban, pejuang Islam yang tangguh dan penjaga Islam yang terpercaya.
Dalam sistem Islam, lingkungan juga sangat berpengaruh dalam membentuk karakter generasi. Masyarakat sebagai kontrol harus menjalankan amar ma'ruf nahi munkar yang berjalan sesuai aturan syara' bukan malah sesuai dengan adat kebiasaan yang jauh dari Islam. Karena kerusakan akan menimpa masyarakat selama mereka diam dan membiarkan aktivitas perzinahan merajalela.
Begitu juga negara, negara berperan sangat penting dalam membentuk generasi terbaik. Karena hanya negara yang mampu mengontrol dan menyaring konten konten yang tidak layak seperti pornografi dan kekerasan. Negara bertanggung jawab menjadikan generasi saat ini menjadi generasi terbaik yang akan kembali menorehkan karya sebagaimana dalam sejarah kegemilangan Islam dahulu.
Tinta sejarah telah mencatat generasi muda Islam dahulu tangguh dan hebat. Menjadi teladan terbaik khususnya bagi generasi saat ini, yang mampu melahirkan generasi-generasi emas dambaan umat dan mampu menaklukan peradaban walaupun usianya terbilang masih belia.
Kita sangat merindu generasi terbaik layaknya kisah Muhammad al-Fatih penakluk Konstantinopel yang usianya belum genap 21 tahun, kisah Usamah bin Zaid yang diangkat Rasulullah ketika usia 18 tahun sebagai komandan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Syam, kisah Zubair yang menjadi kesatria Nabi dan disebut hawariyyun an-Nabi dan menurunkan kepada putranya yang bernama Abdullah yang telah diajak berjihad dijalan Allah sejak usia 8 tahun, kisah Imam Syafi'i yang telah mengkhatamkan hafalan al-Qur'annya sebelum usianya 10 tahun, atau kisah Shalahuddin al Ayyubi sebagai penakluk Palestina yang berhasil membebaskan masjidil Aqsa dari penjajahan tentara salib. Inilah gambaran generasi Islam terdahulu yang gaungnya masih terdengar hingga hari ini.
Generasi terbaik adalah generasi tafaqquh fiddin yang bersyakhsiyah Islam, memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya dan memahami visi misi sebagai hamba Allah Swt dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya serta menjadikan keterikatannya kepada Syariat Allah sebagai landasan perbuatannya.
Maka untuk mengembalikan generasi terbaik hanya mampu di wujudkan dalam institusi negara khilafah karena hanya Khilafah-lah yang telah terbukti mampu melahirkan generasi-generasi hebat yang jauh memikirkan akhirat dan tidak silau dengan gemerlapnya dunia demi menyongsong peradaban yang mulia. Wallahua'lam bish-shawab.[Dft]
0 Komentar