Oleh Endang setyowati
(Kontributor Vivisualiterasi Media)
Vivisualiterasi.com- Hujan yang mengguyur dalam beberapa bulan ini mengakibatkan banjir di mana-mana. Seperti dikutip dari Liputan6.com, 09/02/2024, Banjir melanda Kabupaten Demak, Jateng, mengakibatkan 8.170 orang mengungsi. Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak M Agus Nugroho Luhur, Jum'at (9/2) mengatakan, jumlah pengungsi yang terdata tersebut per Kamis malam (8/2).
Ribuan pengungsi banjir Demak tersebut, ada yang menempati tempat ibadah, balai desa, dan sekolah. Sedangkan pengungsi terbanyak di Desa Kedungwaru Lor mencapai 4.500 jiwa, disusul Desa Undaan Kidul mencapai 2.569 orang. Sedangkan tempat lainnya jumlah pengungsi bervariasi.
Ia mengungkapkan tanggul Sungai Jratun jebol karena debit air yang tinggi, sehingga tanggul yang berada di Desa Tambirejo (Kecamatan Gajah) jebol dengan panjang antara 15-20 centimeter.
Sementara tanggul Sungai Wulan yang jebol, kata dia, terjadi di dua titik, yakni di Dukuh Norowito.
Akibat jebolnya tanggul Sungai Wulan dan Jratun, mengakibatkan empat desa di Kecamatan Karanganyar terdampak banjir. Seperti Desa Ketanjung, Desa Karanganyar, Desa Undaan Lor, dan Desa Ngemplik Wetan dengan jumlah rumah terdampak 1.350-an rumah.
Banjir kembali terjadi di berbagai wilayah negeri ini, penyebabnya bermacam-macam seperti tanggul jebol dan curah hujan yang tinggi juga banyaknya sampah yang menumpuk, juga air kiriman dari daerah yang lebih tinggi.
Pembukaan lahan, penambangan dan juga infrastruktur yang terus terjadi tanpa memperdulikan alam dan lingkungan juga akan mengakibatkan banjir ketika hujan turun. Karena tidak ada lagi tanaman yang mampu menyerap air.
Negeri kita ini sebenarnya merupakan negeri yang memiliki hutan yang sangat luas. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2022, Indonesia adalah negara dengan luas hutan nomor delapan di dunia. Luas hutan Indonesia mencapai 92 juta hektare.
Namun nyatanya, dari laporan Global Forest Review dari World Resources Institute (WRI) menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan 10,2 juta hektare area hutan primer tropis yang mengalami deforestasi dan degradasi.
Deforestasi adalah perubahan lahan hutan menjadi non-hutan secara permanen, seperti menjadi pemukiman atau perkebunan. Sedangkan degradasi adalah penurunan fungsi atau kerusakan ekosistem hutan, baik yang disebabkan aktivitas manusia maupun peristiwa alam.
Aktivitas penggundulan hutan secara liar, kemudian dialihfungsikan untuk penambangan, infrastruktur, perindustrian dan sebagainya hanya terjadi saat ini, yaitu ketika menggunakan sistem kapitalisme.
Karena dalam sistem kapitalisme ini, hutan bisa di-swastanisasi-kan kemudian penguasa dan pengusaha hanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, karena memang di dalam sistem kapitalisme ini, keuntungan menjadi sesuatu yang sangat dominan dan bahkan menjadi tujuan utama dalam segala perbuatannya.
Sehingga tidak heran, ketika melakukan pembukaan lahan mereka tidak berfikir dengan baik dan benar, sehingga justru pembukaan lahan tersebut membuat rakyatnya kehilangan harta bahkan nyawanya.
Namun berbeda ketika kita memakai sistem Islam, maka penguasa berperan sebagai raa'in yaitu pengurus rakyat. Jadi sudah menjadi tanggungjawab penguasa untuk menjalankan kebijakan dalam pembangunan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya bukan lagi karena kehendak para investor asing dan aseng.
Ada beberapa cara untuk mencegah banjir saat terjadi hujan, yaitu dengan sistem keras seperti membuat setu (danau penampungan), kanalisasi, termasuk normalisasi sungai dan sodetan. Normalisasi adalah pelurusan aliran sungai, supaya air lebih cepat ke laut, sehingga genangan lebih cepat teratasi dan tidak terjadi banjir.
Sodetan adalah menghubungkan dua sungai atau lebih dengan kanal buatan, untuk mendistribusikan debit berlebih di satu sungai ke sungai yang lain. Pompanisasi, ini termasuk upaya pembuangan air secara modern.
Kemudian membuat tanggul, untuk membendung agar air sungai tidak meluap ke sekitarnya, yang barangkali elevasinya lebih rendah dari air ketika tinggi. Hal yang sama dilakukan untuk air pasang laut. Karena air tinggi tidak tiap hari, maka setiap tanggul pasti harus ada pintu air.
Kemudian dengan sistem lunak yaitu dengan cara, mengelola sampah agar tidak menghambat lajunya air ketika terjadi hujan. Sistem tata ruang, berbasis bencana akan menyiapkan diri dengan tempat dan rute evakuasi bila terjadi banjir.
Sistem distribusi ekonomi, ketika hari ini memakai riba yang mengakibatkan tidak benar-benar ditanamkan pada sektor real. Namun ketika sistem syariah yang dipakai, maka modal akan mengalir ke sektor real. Kemudian sistem edukasi bencana, yang merupakan alarm pemberitahuan kepada seluruh rakyat untuk mencegah, maupun mengatasi ketika terjadi bencana.
Dan yang terakhir adalah sistem manajemen pemerintahan yang tanggap terhadap bencana. Sehingga ketika terjadi bencana sesegera mungkin untuk membantu korban bencana tersebut. Begitulah ketika sistem Islam diterapkan maka akan menjadi solusi atas setiap permasalahan yang ada secara komprehensif. Maka sudah seharusnya kita menerapkan sistem Islam secara kaffah yang telah terbukti kebaikan-kebaikannya dan telah ada selama lebih dari 13 abad lamanya. Wallahu a'lam.[Dft]
0 Komentar