Oleh Rahmah Afifah
(Mahasiswi dan Aktivis dakwah)
Vivisualiterasi.com- Tema Hari Ibu 2023 yang dirilis oleh KemenPPPA "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju" menggambarkan harapan dan tantangan bagi para ibu di Indonesia. Di era globalisasi dan kapitalisme, para ibu tidak hanya berperan sebagai pendidik anak-anaknya, tetapi juga sebagai pelaku ekonomi, sosial, budaya, politik, dan agama. (kemenpppa.go.id, 24/12/2023)
Namun, di balik peran-peran tersebut, terdapat dampak negatif kapitalisme yang dapat mengancam peran ibu sebagai pendidik generasi. Bagaimana hal ini dapat terjadi dan sejauh mana hal ini mempengaruhi pendidikan anak?
Pada hakikatnya kapitalisme bukanlah hanya sekedar sistem ekonomi dan politik yang didasarkan pada pasar bebas, persaingan, individualisme, dan keuntungan materi. Melainkan lebih jauh lagi kapitalisme adalah sebuah ideologi alias pandangan hidup yang mendasar bagi semua kalangan.
Kapitalisme memiliki dampak yang signifikan terhadap peran ibu sebagai pendidik anak-anaknya. Dampak negatif kapitalisme terhadap peran ibu antara lain adalah menimbulkan ketimpangan, diskriminasi, eksploitasi, konsumerisme, materialisme, hedonisme, dan alienasi dari nilai-nilai Islam bagi ibu dan anak-anaknya.
Menjelajah Dampak Kapitalisme Terhadap Peran Ibu
Ideologi kapitalisme merusak peran ibu sebagai pendidik anak-anaknya dengan menggoda ibu untuk mengorbankan aspek rohani, sosial, dan kolektif demi aspek ekonomi, material, dan individual.
Ideologi kapitalisme juga menjauhkan ibu dari nilai dan norma Islam dengan menanamkan nilai dan norma yang bertolak belakang dengan ajaran Islam. Berikut adalah penjelasan 3 aspek terbesar peran seorang ibu yang dipengaruhi kapitalisme:
1. Selain Bapak, Kini Ibu pun Menjadi Tulang Punggung Keluarga
Salah satu dampak negatif dari ideologi kapitalisme adalah hilangnya peran ibu sebagai pendidik anak-anaknya. Ideologi kapitalisme membuat ibu harus bekerja keras di luar rumah untuk menambah penghasilan keluarga.
Akibatnya, ibu tidak punya cukup waktu untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya di rumah. Ibu harus membagi waktu dan tenaga antara pekerjaan dan rumah tangga, hingga sering membuat ibu lelah, stres, dan mudah emosi.
Solusi yang banyak diambil pun pada akhirnya menjadikan si Ibu harus menyerahkan tanggung jawab mengurus anak-anaknya kepada orang lain, seperti pembantu, pengasuh, atau keluarga.
Hal ini membuat ibu kurang bisa memberikan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan yang optimal kepada anak-anaknya. Padahal, ibu adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian, akhlak, dan keimanan anak-anaknya.
2. Orientasi Keluarga Terhenti Pada Elemen Duniawi
Aspek kedua yang terpengaruh oleh keberadaan Ideologi kapitalisme adalah membuat ibu dan anak-anaknya tergiur oleh berbagai macam barang dan jasa yang ditawarkan oleh pasar bebas.
Ibu dan anak-anaknya menjadi konsumtif, materialistis, dan hedonis, yang hanya mementingkan kepuasan duniawi. Ibu dan anak-anaknya menjadi boros dan tidak bijak dalam mengelola waktu dan uang mereka.
Seperti yang diuraikan, hal ini menegaskan bahwa dewasa ini, Ibu dan anak-anaknya lebih sering membeli barang-barang yang tidak penting atau bahkan merugikan, seperti pakaian, perhiasan, kosmetik, gadget, atau narkoba. Ibu dan anak-anaknya kurang menghargai barang-barang yang sederhana, bermanfaat, atau bernilai spiritual, seperti buku, alat tulis, atau Al-Qur'an.
Padahal, barang-barang tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kecerdasan, kesehatan, dan keimanan ibu dan anak-anaknya.
3. Ibu dan Anak Dijauhkan Dari Nilai Islam
Kemudian dampak negatif dari ideologi kapitalisme adalah merosotnya nilai-nilai Islam dalam kehidupan ibu dan anak-anaknya. Ideologi kapitalisme menyebarkan nilai dan norma yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti individualisme, materialisme, hedonisme, dan liberalisme.
Ibu dan anak-anaknya menjadi terpengaruh dan teralienasi dari Islam, yang merupakan agama yang sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Dalam makna yang lebih spesifik, Ibu dan anak-anaknya menjadi lalai atau bahkan meninggalkan dan tak mengenal kewajiban-kewajiban agama, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain, yang merupakan tiang-tiang iman dan ibadah.
Ibu dan anak-anaknya menjadi terbuka namun tanpa filter alias kebablasan toleran terhadap hal-hal yang menyimpang dari syariat Islam, seperti pergaulan bebas, perzinahan, homoseksualitas, atau aborsi, yang merupakan dosa besar dan keji.
Alhasil Ibu dan anak-anaknya menjadi tidak peduli dan kritis terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang tidak adil dan tidak Islami.
Kedudukan Dan Peran Ibu Yang Begitu Dimuliakan Posisinya
Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi dan mulia kepada ibu sebagai pendidik anak-anaknya. Islam menjadikan ibu sebagai madrasah atau tempat belajar pertama bagi anak-anaknya, sebelum mereka belajar di tempat lain.
Islam menegaskan bahwa ibu adalah orang yang paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian, akhlak, dan keimanan anak-anaknya, baik melalui perkataan, perbuatan, maupun teladan. Islam juga menuntut anak-anak untuk menghormati, menghargai, dan berbakti kepada ibu mereka, sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan atas jasa-jasa ibu mereka.
Kekuatan Quran dan Hadist dalam Mengokokohkan Peran Ibu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
Dan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
"Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam: Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: Shalat pada waktunya. Aku bertanya: Kemudian apa? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya: Kemudian apa? Beliau menjawab: Kemudian jihad di jalan Allah."
Wallahua'lam bish-shawab.[Irw]
0 Komentar