Oleh Laura Nabila
(Kontributor Vivisualiterasi Media)
Vivisualiterasi.com- Toleransi, menjadi salah satu indikator moderasi beragama yang saat ini sedang marak dan digadang-gadang jajaran penguasa untuk dipropagandakan ke seluruh penjuru negeri.
Definisi toleransi menurut Wikipedia adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindarkan terjadinya diskriminasi seperti rasisme walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat.
Sebagai negara yang memiliki masyarakat yang multikultural dan multireligi banyak upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan rasa toleransi khususnya para generasi muda.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah upaya cegah intoleransi dengan aksi bersih tempat ibadah lintas agama yang dilakukan SMAN 10 Purworejo di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Untuk menanamkan sikap toleransi kepada anak didik, siswa-siswi ini diajak untuk peduli akan tempat-tempat ibadah di sekitar sekolah. Siswa muslim membersihkan gereja dan siswa non-muslim membersihkan masjid.
Pentingnya pendidikan toleransi juga diaspirasikan oleh Kepala Cabang Dinas Wilayah VIII Jateng, Maryanto, sebagai pendidikan karakter agar anak mampu menerapkan nilai-nilai tersebut di masyarakat dan sebagai pilar yang mendukung kehidupan beragama yang harmonis.
Dalam kegiatan tersebut, Maryanto menekankan urgensi tidak hanya membersihkan tempat ibadah, tetapi juga membersihkan hati dari prasangka dan intoleransi.
"Kegiatan semacam ini dapat menjadi norma positif dan diadopsi oleh semua sekolah untuk mencegah intoleransi," ucapnya, Kamis (16/11). (Purworejo.sorot.co)
Gagal Faham Memaknai Toleransi
Jika kita ulas lebih dalam, definisi dari toleransi itu sendiri adalah netral. Namun sudut pandang ideologi yang mengubah pemaknaan kata "toleransi" tersebut. Misalnya dalam ideologi kapitalisme, akan disebut sangat toleran apabila seorang muslim mengikuti dan hadir dalam gereja ketika adanya aktivitas kebaktian. Mengucapkan selamat natal serta mengikuti perayaan perayaan agama lain.
Sedangkan ketika ada ajakan penerapan syariat Islam, pembelaan umat Islam atas penodaan agama atau hanya sekadar umat ingin menerapkan apa yang wajib atas dirinya sebagai seorang muslim, contoh menutup aurat secara syar'i akan dianggap tindakan intoleran, bahkan terorisme dan radikal.
Tidak jauh dengan makna toleransi dalam moderasi beragama. Ruang moderasi yang berisikan ‘kelapangan dada’, untuk suka kepada siapa saja, memiliki pemikiran terbuka dengan tidak mengganggu kebebasan berpikir dan berkeyakinan lain serta membiarkan orang berpendirian lain walau tak sesuai atau terjadi penyimpangan, menunjukan bahwa arah moderasi beragama adalah pluralisme. Salah satu pendiri MIUMI, Dr. Hamid Zarkasyi, menyatakan bahwa pluralisme adalah relativisme kebenaran yang mengajarkan bahwa “semua agama adalah sama”, bukan lagi sekadar prinsip toleransi. (muslimahnews.net)
Narasi toleransi yang dipropagandakan secara internasional memiliki agenda untuk menyudutkan Islam. Karena dalam Islam ada batasan toleransi secara jelas, berbeda dengan agama lain.
Toleransi yang khas dalam Islam telah disebutkan dalam Surat Al Kafirun bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Alhasil, ada batas yang tegas toleransi justru tidak mencampuri urusan agama lain.
Tak terkecuali membersihkan tempat ibadah atau masuk ke dalam tempat ibadah lain, bagi umat Islam dilarang. Demikian juga batasan suci dan cara mensucikan dalam Islam tak sama dengan agama lain.
Perlu kita pahami bahwa narasi toleransi tidak dapat diterima sebagai penormalisasian atas hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Maupun dengan upaya mencampuradukkan syariat dengan paham yang bertentangan dengan Islam.
Kebebasan beragama juga tidak bisa dimaknai dengan bebas melakukan "modernisasi" terhadap syariat maupun menganggap semua agama sama. Karena pada hakikatnya kebebasan beragama adalah membiarkan seseorang beribadah sesuai agamanya, namun negara juga harus menjaga akidah rakyatnya dari kesesatan.
Keunikan Islam inilah yang menjadikan Barat yang benci dengan Islam mempropagandakan agenda toleransi agar Islam juga seperti agama lainnya. Sehingga nampak jelas dalam agenda ini Islam sebagai agama tertuduh.
Dalam Islam tidak ada hari toleransi karena tidak ada masalah intoleran. Sebab toleransi telah jelas tidak abu-abu. Bahkan negara pun turun tangan menghormati agama di luar Islam. Ada aturan bagaimana memperlakukan mereka orang-orang kafir dalam menjalankan ibadahnya yaitu dibebaskan sesuai aturan agamanya. Namun di wilayah publik dia harus bermuamalah dengan sesama manusia yang mengikuti aturan Islam seperti aturan sosial, perdagangan dan lainnya.
Sudah seharusnya kita sadar betul bahwa ketika telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengaku bahwa diri ini adalah seorang muslim, maka wajib untuk menerima konsekuensi, yaitu patuh terhadap syariat yang Allah perintahkan dan menjauhi apa-apa yang Allah larang.
...وَمَاۤ اٰتٰٮكُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوْهُ وَ مَا نَهٰٮكُمۡ عَنۡهُ فَانْتَهُوۡا ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِۘ
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya." (QS. Al Hasyr: 7)
Wallahu a'lam bish-shawab.[Dft]
0 Komentar