Subscribe Us

KDRT TIADA HENTI, KAPITALISME BIANG KELADI


Oleh Fitriani, S.Hi
(Aktivis Dakwah di Deli Serdang)


Vivisualiterasi.com- Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Duka terus meliputi keluarga-keluarga muslim di negeri ini. Pasalnya sampai saat ini, kasus-kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) kerap terjadi dan terus saja terjadi tanpa henti. Bahkan setiap hari dengan mudah dan gampangnya kita menyaksikan pemberitaan tentang KDRT ini.

Seperti dilansir dari kompas.com (05/12/2023), seorang suami di Jakarta Selatan membakar istrinya hidup-hidup karena cemburu melihat istrinya chat dengan pria lain. Imbas dari itu, sang istri mengalami luka bakar yang cukup serius karena hampir 70 % badan korban terbakar. 

Yang lebih miris dan menyedihkan lagi, pengakuan seorang ayah di Jagakarsa yang membunuh ke-4 anaknya secara bergilir. Hal itu dilakukan oleh ayah tersebut karena ia cemburu dengan istrinya. (cnnindonesia.com, 12/12/2023). La Haula wala Quwwata Illa billah. Sungguh tak ada lagi kata yang bisa dan sanggup diungkapkan melihat fenomena yang terjadi saat ini. Kasus KDRT yang semakin menjadi-jadi. 

Jika kita perhatikan, semakin meningkatnya kasus KDRT hari ini tentu banyak faktor yang mempengaruhi, baik internal maupun eksternal. Ditambah adanya fakta bahwa rumah tak lagi aman dan nyaman untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan  tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Keberadaan rumah yang seharusnya menjadi Baiti Jannati tak lagi didapati. Karena tidak dipungkiri, kasus KDRT yang hari ini terus terjadi justru dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Suami kepada istri, orang tua kepada anak, bahkan seorang ibu pun ada yang tega menyiksa bahkan menyakiti darah dagingnya sendiri.

Salah satu faktor internal yang menjadi penyebab KDRT dan mempengaruhi mental keluarga-keluarga muslim hari ini adalah karena diterapkannya kehidupan sekuler Kapitalistik yang memisahkan agama dari kehidupan. Keluarga-keluarga muslim hari ini tidak lagi menjadikan akidah Islam sebagai pondasi dalam membangun ketahanan keluarga. Walhasil, keluarga-keluarga muslim hari ini kehilangan arah atau mengalami disorientasi dan disfungsi dalam berkeluarga.

Tujuan berkeluarga untuk mewujudkan Sakinah Mawaddah Warahmah tidak lagi menjadi tujuan utama. Iman yang lemah menjadikan orang-orang di dalamnya mudah goyah bahkan mudah tersulut emosinya. Maka wajar saja permasalahan sepele bisa menjadi pemicu KDRT. Seluruh anggota keluarga tidak lagi bisa bersabar menghadapi orang-orang di dalamnya. Seorang suami tidak sabar menghadapi istri, pun sebaliknya. Termasuk tidak bersabar dengan tingkah pola anak ketika di rumah. Walhasil ini juga menjadi faktor KDRT terus meningkat. 

Selanjutnya, faktor eksternal yang menjadikan kasus KDRT masih terus terjadi saat ini adalah karena dilatar belakangi oleh urusan ekonomi, kehidupan yang semakin susah, ditambah harga-harga kebutuhan pokok yang melejit tinggi menjadikan beban ekonomi masing-masing keluarga tidak lagi teratasi. Beban ekonomi adalah faktor paling utama yang dirasakan seluruh masyarakat sehingga mengakibatkan stress yang berdampak pada beban mental mereka sehingga tidak jarang menjadi factor pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga termasuk kekerasan terhadap anak-anak.

Belum lagi adanya PHK secara besar-besaran yang ini jelas menambah beban, daya beli masyarakat menurun dan beban hidup tentu semakin meningkat. Akhirya angka kemiskinan juga tak lagi terelakkan, terus mengalami peningkatan bahkan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan juga semakin besar. Kondisi ekonomi keluarga yang menurun drastis ini sangat mempengaruhi kehidupan anak, mulai dari hak anak akan pendidikan, gizi yang cukup, kesehatan dan lain sebagainya juga menurun bahkan terabaikan. Akibatnya, tindak kekerasan, eksploitasi dan perlakuan salah lainnya banyak dialami oleh anak saat ini.

Selain faktor ekonomi, hal yang juga menjadi penyebab KDRT terus terjadi juga karena negara  menerapkan sistem kapitalisme demokrasi. Dan bahwa sistem kapitalisme ini adalah biang KDRT terus meningkat di negeri ini. Dalam sistem kapitalisme, ini menjadikan para penguasa tidak berperan sebagai ra'in (pelayan) sehingga absen dari setiap urusan rakyat di negeri ini. Sistem kapitalisme berlepas tangan atas segala pemenuhan kebutuhan rakyat dan membiarkan para orang tua berfikir dan bekerja sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan hidup mereka. Maka wajar jika para orang tua begitu stress memikirkan memenuhi semua kebutuhan apalagi semua serba mahal. Sehingga dampaknya memicu kekerasan dan anak-anak atau anggota keluarga yang lain menjadi korban. 

Hal ini berbeda dengan Islam, Negara memiliki tanggung jawab sebagai pengayom, pelindung dan benteng bagi keselamatan seluruh rakyatnya, termasuk anak-anak. Nasib anak-anak menjadi tanggung jawab negara untuk menjaminnya. Negara ini akan hadir sepenuhnya untuk melayani seluruh rakyatnya. Negara adalah benteng sesungguhnya yang melindungi anak-anak dan anggota keluarga lainnya dari kekerasan. Mekanisme perlindungan dilakukan secara sistemik, melalui penerapan berbagai aturan, diantaranya penerapan sistem ekonomi Islam.

Beberapa kasus KDRT terjadi karena fungsi ibu sebagai pendidik dan penjaga anak kurang berjalan. Karena tekanan ekonomi memaksa ibu untuk meninggalkan anak-anaknya. Karena ayah sebagai kepala keluarga tidak mencukupi kebutuhan nafkah keluarga. Ada juga anak yang menjadi anak jalanan untuk menghidupi dirinya sendiri. Terpenuhinya kebutuhan mendasar merupakan masalah asasi manusia, karenanya Islam mewajibkan negara menyediakan lapangan kerja yang cukup dan layak agar para kepala keluarga dapat bekerja dan menafkahi keluarganya. Sehingga tidak ada anak yang terlantar dan ibu fokus untuk menjaga, merawat dan mendidik anak-anaknya karena tidak dibebani mencari nafkah.

Kemudian penerapan sistem pendidikan Islam. Negara wajib menerapkan kurikulum berdasarkan akidah Islam yang akan melahirkan individu-individu yang bertakwa. Individu yang mampu melaksanakan perintah Allah dan terjaga dari segala kemaksiatan apapun yang dilarang Allah. Salah satu hasil dari pendidikan ini adalah kesiapan orang tua untuk menjalankan salah satu amanahnya untuk menjaga dan mendidik anak-anaknya. Menjadikan mereka takut kepada Allah dan takut melanggar syariat Allah. Mereka akan menjalankan perannya sebagai orang tua yang bertanggung jawab mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah, menjadikan para suami berperan mendidik istrinya agar takut dan juga taat hanya kepada Allah semata.

Saat ini negara abai terhadap kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seluruh rakyatnya. Semestinya negara bertanggung jawab menghilangkan penyebab utamanya yaitu mengganti system kapitalis yang menjadi biang keladi KDRT hari ini dengan sistem Islam. Masyarakat harus menuntut kepada negara untuk menerapkan sistem Islam secara kaffah. Ketika Islam diterapkan maka akan terwujud kesejahteraan dan keadilan, anak-anak pun akan tumbuh dan berkembang secara aman. Keluarga menjalankan perannya secara maksimal dan Jauh dari tindak kekerasan.  Mereka hidup dengan nyaman serta jauh dari bahaya yang mengancam. Karena hanya dengan Islam KDRT dapat terselesaikan. Wallahua'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar