Oleh Elis Herawati
(Muslimah Peduli Umat)
Vivisualiterasi.com- Pemerintah bercita-cita ingin meloloskan diri dari perangkap pendapatan menengah atau middle income trap pada 2030. Middle income trap adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stagnan di kisaran 5% dalam dua dekade terakhir. Menyebabkan peluang Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045 gagal.
Direktur LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin mengatakan, selain pertumbuhan ekonomi yang tak berkembang, perlu dicatat juga bahwa pertumbuhan kredit per tahun pun tak pernah tembus 15%, rasio pajak terhadap PDB tak pernah melampaui 11% dan bahkan hanya 9,9% satu dekade terakhir, hingga kontribusi industri terhadap PDB yang terus merosot hingga kini di level 18% dan kemiskinan ekstrem yang persisten di level 1,7%.
"Jadi bisa disimpulkan bahwa sepertinya pembangunan ekonomi kita seperti membentur atap kaca. It seems that we hit a glass ceiling every where, dari sistem keuangan, dari penduduk yang miskin, dari rasio pajak dan sebagainya," kata Chaikal saat meluncurkan White Paper bertajuk Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029, Jakarta, Jum'at (27/10/2023).
Sedangkan Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K), menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia. Menurutnya, penyebab utama tingginya angka perceraian karena toxic people. Hasto menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. (news.republika.co.id, 28/10/23)
Sungguh miris melihat narasi yang mengatakan bahwa keluarga menjadi pondasi utama negara maju, padahal peranan sebuah keluarga adalah mencetak generasi yang baik untuk peradaban, dan persoalan negara maju adalah tanggung jawab negara bukan keluarga. Keluarga hanyalah segelintir peran yang ikut serta membantu negara untuk memajukan negara, bukan menjadi sasaran utama.
Seharusnya kita menyadari hilangnya peluang negeri untuk menjadi negara maju, tidak lain karena sistem kapitalisme yang di terapkan di negeri ini adalah sistem yang menjadikan negeri ini terjajah karena bergantung pada negara lain, tidak mampu berdiri sendiri. Bukti keterjajahan negeri ini dapat dilihat dari sumber daya alamnya yang begitu kaya, namun rakyat tidak bisa menikmati hasilnya, karena atas nama Investasi kekayaan alam tersebut akhirnya dikeruk dan dinikmati para elit global, wajar ketika perekonomian menjadi lemah, dan permasalahan kemiskinan dan tindakan kriminalitas semakin bertambah karena tidak ada kesejahteraan di negeri ini. Dan sistem kapitalisme akan menjadikan negeri ini tidak memiliki tujuan bahkan abai pada kewajiban sebagai sebuah negara, sampai muncul narasi negara maju yang seharusnya menjadi kewajiban negara, malah dilimpahkan kepada keluarga.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yang pernah diterapkan dalam Daulah Islam. Daulah Islam sendiri tegak berlandaskan Ideologi Islam (Akidah Islam) yang di emban keseluruhan Alam. Dahulu Rasulullah saw. telah mencontohkan beberapa tahapan bagaimana mendirikan sebuah negara; Tahapan Pertama, yaitu Rasulullah saw. terlebih dahulu membina masyarakat sampai terbentuklah orang-orang yang berkepribadian yang mulia, beriman, bertakwa, mukhlis, sabar dan tangguh, mereka tak gentar menghadapi cobaan meskipun banyak rintangan, mereka juga tidak silau dengan harta dunia. Tahapan kedua, yaitu menstabilisasi kondisi politik dalam negeri, khususnya sektor ekonomi dan pertahanan, seperti halnya Rasulullah saw. mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, kebijakan inipun membuat sahabat yang kaya membantu sahabat yang miskin. Tahapan ketiga, yaitu dakwah dan jihad di luar negeri, untuk futuhat membebaskan negeri-negeri yang masih dalam kekufuran atau dari bentuk kezaliman apapun di negeri tersebut.
Dan aktivitas bernegara seperti inilah kita bisa memahaminya, untuk menjadi negara maju atau negara adidaya, harusnya mempunyai tahapan sebagaimana yang telah Rasulullah saw. contohkan di masa kegemilangan Islam. Kekuasaan harus dipimpin oleh orang yang beriman dan bertakwa.
Pengaturan politik dalam negeri harus sesuai dengan syariat Islam, dari sistem ekonomi, politik, keamanan, kesehatan, pendidikan, sosial dan sanksi. Lalu Aktivitas luar negeri dengan dakwah dan jihad, secara historis telah terbukti selama 1300 tahun, Daulah Khilafah menjadi negara adidaya yang memiliki posisi yang besar atas kemampuannya memberikan pengaruh kekuasaan dalam skala global. Maka jika yang dicontohkan Rasulullah saw. ini diterapkan di negeri ini, niscaya negeri ini akan menjadi negara maju yang berdiri sendiri tanpa penjajahan. Insyaallah akan tercipta keberkahan, sebagaimana Allah Swt. berfirman yang artinya:
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (TQS : Al-A'raf : 96)
Wallahu a'lam bish-shawab.[Irw]
0 Komentar