Subscribe Us

KASUS BULLYING KIAN MENJADI, NEGARA ABAI SELAMATKAN GENERASI

Oleh Novita Mayasari, S. Si.
(Pemerhati Generasi) 

Vivisualiterasi.com- Menimba ilmu dengan penuh semangat, menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, mendapatkan segudang pelajaran dan teman yang saling memberikan motivasi serta mendapatkan banyak pengalaman yang positif saat duduk di bangku sekolah adalah sesuatu yang memang seharusnya didapatkan oleh anak-anak sekolah hari ini. Namun, ternyata fakta yang terjadi tidak berkata demikian.

Miris! Mungkin ini sesuatu yang bisa menggambarkan terkait keadaan anak-anak sekolah zaman sekarang. Pasalnya, kasus bullying -kekerasan pada anak- makin marak terjadi, bahkan kasus ini terjadi pada semua level pendidikan, kasus bullying pun seakan menjadi sesuatu yang biasa terjadi di suatu sekolah dan harus dimaklumi. Tidak hanya itu adapun pelaku bullying ini ternyata dari orang terdekat, yaitu teman satu sekolah sendiri. Akhirnya sekolah bukan menjadi tempat ternyaman bagi anak-anak dalam menimba ilmu namun tempat yang "angker" untuk didatangi.

Dikutip dari news.republika.co.id (20/10/2023, Ruspita Putri Utami selaku Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek mengatakan, "Kasus perundungan maupun kekerasan lainnya yang terjadi di sekolah sudah sangat memprihatinkan. Bahkan Kemendikbudristek juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil Asesmen Nasional pada 2022, terdapat 36,31 persen atau satu dari tiga peserta didik (siswa) di Indonesia berpotensi mengalami bullying atau perundungan."

Puspeka Kemendikbudristek dan UNICEF Indonesia sebenarnya telah bekerja sama bahkan sejak tahun 2021 dalam rangka upaya mengatasi maraknya kasus bullying atau perundungan ini. Mereka melaksanakan bimbingan teknik (bimtek) Roots pada 10.708 satuan pendidikan, melatih 20.101 fasilitator guru, dan membentuk 51.370 siswa agen perubahan. Adapun Roots itu sendiri yaitu sebuah program pencegahan kekerasan, khususnya perundungan dan ternyata selama dua tahun pelaksanaannya program ini telah mendorong 34,14 persen satuan pendidikan membentuk tim pencegahan kekerasan. Selain program Roots, terdapat pula Gerakan Anti-Bullying yang digencarkan oleh Assoc. Prof. Dr. Susanto selaku mantan ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2017-2022.

Namun apakah program-program tersebut efektif dan mampu menghentikan kasus bullying yang semakin marak ini?

Upaya Mengatasi Kasus Bullying Belum Efektif

Berbicara generasi memang tidak akan pernah ada habisnya. Tidak dimungkiri bahwa generasi hari ini adalah calon pemimpin masa depan, dan banyaknya kasus bullying yang kerap terjadi ini tentu merupakan ancaman bagi generasi di masa yang akan datang. Memang benar telah ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kasus bullying ini, hanya saja program-program tersebut belum efektif dalam mengatasi problem bullying mengingat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bullying (perundungan) ini.

Faktor-faktor tersebut, yaitu:
Pertama, keluarga dan lingkungan. Keluarga yang broken home dimana orang tuanya menjadi miskin terhadap kasih sayang ditambah kesibukan bekerja dan beraktivitas diluar rumah tentu ini akan berdampak kepada sang anak. Keadaan seperti ini jelas akan mendorong anak tersebut untuk melalukan bullying dalam rangka untuk mencari perhatian dari luar rumah. Kemudian ditambah lingkungan yang cuek dan bebas membuat sang anak semakin berani melakukan hal-hal yang tidak terpuji tersebut. Belum lagi akibat  pergaulan bebas  dan mendapatkan teman-teman yang satu frekuensi, yaitu anak-anak yang memiliki perilaku bullying, jelas ini akan mempermudah jalan mereka untuk melakukan bullying terhadap anak-anak yang lain.

Kedua, media. Media hari ini memang sangat bebas, ini bisa dilihat dari bebasnya anak-anak mengakses situs-situs yang tidak layak ditonton oleh anak seusianya dan tentu ini memberikan dampak yang besar bagi anak-anak dalam kehidupannya. Kemudian yang ketiga yaitu sekolah. Sekolah hari ini cenderung kurang pengawasan ditambah lagi minimnya pelajaran agama di sekolah, sehingga ini membuat anak-anak untuk semakin bebas mem-bully teman-temannya.

Sebenarnya hal di atas wajar terjadi karena sejatinya sistem yang diterapkan hari ini adalah sistem kapitalisme yang melahirkan sistem sekulerisme -memisahkan agama dari kehidupan- dan juga liberalisme (serba bebas). Sehingga inilah yang mengakibatkan maraknya kasus bullying di kalangan pelajar. Padahal seharusnya negara mempunyai peran yang penting yaitu menjaga, mendidik dan melindungi generasi agar kelak menjadi generasi yang bertanggung jawab, tangguh, kuat dan terdepan.

Islam Solusi Komprehensif Atasi Bullying

Kasus bullying (perundungan) ini merupakan hal yang memang harus segera diselesaikan. Karena semakin hari jelas korban dari bullying ini semakin bertambah dan ini tentu saja ini akan menimbulkan luka batin bagi para korban tersebut yang akhirnya memunculkan dendam pada diri korban sehingga sang korban pun berubah menjadi pelaku bullying juga dengan tidak segan-segan melakukan kekerasan hingga pembunuhan pada korban berikutnya.

Tentu hal ini membutuhkan solusi yang komprehensif, solusi yang menuntaskan hingga ke akar-akarnya dan tidak setengah-setengah, sistem ini haruslah sistem yang shohih yang berasal dari sang Pencipta manusia itu sendiri -Allah Swt-. Adapun sistem tersebut ialah Islam. Islam tidak hanya sekadar agama, melainkan suatu pandangan hidup menyeluruh (ideologi) yang mampu memancarkan aturan yang berguna untuk menyelesaikan semua problem kehidupan manusia. Di dalam Islam keluarga merupakan salah satu unsur terpenting dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, tentu saja berdasarkan syariat Islam. Sedini mungkin sang ibu sebagai madrasatul ula (pendidik pertama) akan menanamkan aqidah islam serta membekali anak-anak mereka dengan ilmu Islam sehingga terwujudlah syakhshiyyah Islamiyyah (kepribadiaan Islam) dimana sang anak akan menggunakan islam sebagai standar hidup dalam melakukan segala sesuatu.

Di samping itu syariat Islam akan membentuk masyarakat islami yang gemar melakukan amar ma'ruf nahi mungkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan), mereka tidak segan untuk senantiasa saling nasehat-menasehati dalam kebaikan. Dengan begitu insya Allah anak-anak akan tumbuh dalam pengawasan islam dan suasana yang penuh dengan ketakwaan.

Adapun terkait media, negara di dalam Islam akan mengelola media agar tidak menayangkan tayangan yang rusak dan tidak pantas ditonton oleh anak-anak. Media pun di dalam Islam justru akan menjadi sarana dalam mengembangkan dan menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Kemudian dari sisi pendidikan, negara dalam Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang tentunya berasaskan aqidah Islam. Sehingga generasi yang berkepribadian islam  yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam pun akan terwujud melalui pendidikan ini. Tidak hanya itu anak-anak pun akan disibukan dengan kegiatan
yang bermanfaat dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Selain memiliki kepribadian Islam, anak-anak juga akan dibentuk agar menguasai teknologi dan sains tentunya dengan tsaqofah islam yang akan membimbing dan mengarahkan mereka agar sains dan teknologi yang dikuasi dapat bermanfaat dan berkontribusi dalam peradaban islam.

Begitulah ketika Islam kaffah (totalitas) diterapkan, segala macam problematika dalam kehidupan insya Allah akan mampu diselesaikan secara tuntas. Wallahua'lam bish-shawab.[AR]


Posting Komentar

0 Komentar