Oleh Rina Karlina
(Aktivis Dakwah)
Vivisualiterasi.com- Perang antara Palestina dan Zionis Yahudi masih berlangsung hingga saat ini. Lebih dari 40 hari Palestina di bombardir secara brutal hingga ribuan orang menjadi syuhada. Tidak ada tempat yang aman untuk warga berlindung, sekalipun di rumah sakit dan tempat ibadah, semuanya hancur lebur dirudal oleh Zionis Yahudi. Sekolah-sekolah tempat mencari ilmu bagi anak-anak Palestina pun tidak lepas dari sasaran kebiadaban Zionis Yahudi.
Kondisi mencekam ini sungguh mencuri perhatian dunia. Masyarakat di berbagai negara turun ke jalanan melakukan aksi solidaritas atau pembelaan terhadap Palestina. Begitu pun di Indonesia, tepatnya di Ibu Kota Jakarta. Sejumlah Pejabat negara turut menghadiri aksi bela Palestina di Monumen Nasional. Mereka menyuarakan hal yang sama, yaitu mendukung pembebasan Palestina dan menghentikan kejahatan kemanusiaan yang terjadi di jalur Gaza.
Aksi ini merupakan bentuk kecaman masyarakat Indonesia atas serangan brutal zionis Yahudi kepada Palestina. Secara tegas, Menlu Retno mengatakan dukungan pemerintah Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina. Retno hingga bersafari ke New York, Amerika Serikat, menghadiri pertemuan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas masalah di Palestina. “Atas nama Pemerintah Indonesia, kami ingin menegaskan kembali dukungan Indonesia pada perjuangan bangsa Palestina,” ujar Retno Marsudi. Dukungan itu juga disampaikan oleh Menko PMK Muhadjir Effendy dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. (Kompas.com, 6/11/2023)
Kepedulian warga Indonesia terhadap Palestina yang sangat besar perlu diapresiasi. Banyak bantuan dari berbagai komunitas yang Peduli Palestina diterima oleh warga Gaza. Namun sangat disayangkan, masih banyak pihak yang gagal mendudukkan perkara Palestina. Sehingga solusi yang ditawarkan hanya sebatas bantuan kebutuhan pangan, obat-obatan, logistik dan kecaman-kecaman terhadap Israel atau pula boikot produk Yahudi.
Masih banyak negeri-negeri muslim yang enggan mengirimkan tentara militer untuk membantu Palestina. Bagaimana dengan Indonesia yang negaranya mayoritas muslim terbesar? Yang seharusnya mempunyai ikatan ukhuwah Islam yang kuat dan semangat untuk berjihad dalam rangka menyelesaikan peperangan? Apalagi perang Israel-Palestina sudah terjadi begitu lama, dimulai dari tahun 1948 hingga sekarang terus terjadi dan masih belum ada penyelesaian hakiki.
Nyatanya Indonesia pun sama, hanya kecaman yang disampaikan di negeri mayoritas muslim ini. Padahal, mengatasi masalah Palestina tidak cukup hanya sekadar kecaman tapi justru membutuhkan aksi yang nyata untuk penyelesaiannya.
Tetapi untuk saat ini, mengapa hanya kecaman yang bisa dilakukan? Karena tanpa disadari, negeri-negeri kaum muslim kini terbelenggu oleh paham nasionalisme. Atas dasar Nasionalisme, sikap umat Islam menjadi tidak utuh, bahkan terkesan berbeda-beda dan terpecah belah. Di antaranya : Pertama, sebagian besar mengecam dan menginginkan gencatan senjata juga penghentian genosida yang dilakukan Zionis Israel yang semakin brutal. Kedua, banyak juga masyarakat yang pro dan kontra terhadap aksi pembelaan Palestina ini. Ketiga, masih ada umat muslim yang kontra terhadap Palestina untuk mengadu domba antar sesama akibat perbedaan pemahaman. Yang lebih miris adalah sikap yang keempat, yakni adanya pengkhianatan yang dilakukan umat muslim sendiri untuk memutar balikkan fakta karena terjadi penyuapan yang dilakukan Zionis Israel, mereka dengan sadar memfitnah umat muslim Palestina demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Padahal, kalaulah tidak terbelenggu oleh Nasionalisme, tentu umat muslim akan bahu membahu dengan saudara-saudara di Palestina untuk mengusir Zionis Yahudi. Mengingat negeri Palestina di dalamnya terdapat Baitul Maqdis yang merupakan tanah suci kaum muslim sedunia bukan hanya milik muslim Palestina saja.
Solidaritas yang tinggi ini bukan semata-mata atas dasar kemanusiaan, melainkan seruan atau perintah dari Al Khaliq, melalui sabda Rasulullah saw yang artinya,
"Perumpamaan sesama kaum mukminin dalam menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan seperti satu tubuh, jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya terjaga dan merasakan demam." (HR. Muslim No. 2586)
Hadits ini menjadi pengingat kepedulian saudara-saudara muslim terhadap kondisi Palestina, sebagai karakter umat Islam sebagai umat yang satu, saling menyayangi, dan membantu. Umat muslim digambarkan bagai satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh sakit maka tubuh bagian lain akan merasakan rasa sakit yang sama dan memberi respon untuk membantu anggota tubuh yang sakit. Maka kesatuan umat muslimlah yang dibutuhkan Palestina saat ini.
Sungguh penjajahan ini tidak akan pernah terselesaikan jika negeri-negeri kaum muslim masih sibuk dengan urusan kehidupan dan dunianya masing-masing tanpa adanya persatuan untuk mencari solusi tuntas terhadap Palestina. Semua penjajahan ini akan selesai jika berpegang teguh terhadap syari'at Islam (aturan Allah). Karena Islam mempunyai solusi tuntas untuk semua permasalahan umat tanpa terkecuali masalah Palestina. Penjajahan ini akan berakhir ketika diterapkannya sistem Islam di muka bumi. Yang dengannya, Takkan sulit mengirim pasukan untuk membantu Palestina melawan penjajah zionis Yahudi. Bukan saja hanya mempertahankan tanah air namun juga sistem Islam akan menghilangkan hambatan-hambatan fisik bagi tegaknya Izzah Islam dan kaum muslimin. Wallahua'lam bish-shawab.[Dft]
0 Komentar