Subscribe Us

KONFLIK PALESTINA-ISRAEL: POTRET KEHIDUPAN MUSLIM TANPA KHILAFAH


Oleh Rheiva Putri R. Sanusi
(Kontributor Vivisualiterasi Media)


Vivisualiterasi.com- Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Begitulah penggalan isi dari pembukaan UUD 1945 yang menggambarkan bahwa Indonesia mengecam adanya penjajahan di dunia. Memang benar, bentuk penjajahan apapun sangatlah tidak dibenarkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun sepertinya, kemerdekaan tidak berlaku bagi kaum muslim, terutama bagi para muslim di Palestina yang tercatat oleh sejarah berpuluh-puluh tahun dijajah oleh Israel. Palestina tidak bisa merdeka di tanah air mereka sendiri.

Beberapa tahun terakhir ini berita konflik Palestina-Israel terus muncul dan tenggelam, namun sejatinya setiap hari Palestina mendapat berbagai perlakuan yang tidak manusiawi dari pihak Israel. Sebelumnya Palestina tak mampu melakukan perlawanan apapun karena kekuatan Israel yang didukung negara adidaya lebih kuat. Namun pada Sabtu (7/10)dini hari, penguasa Hamas di Jalur Gaza melancarkan serangan besar-besaran dari beberapa penjuru terhadap Israel.

Penjajahan Israel atas palestina ini adalah rahasia umum yang betul-betul diketahui oleh masyarakat dunia. Namun kejadian penyerangan Palestina atas Israel menutup mata berbagai pihak terutama sekutu Israel, sehingga menjadikan peristiwa itu sebagai tindakan terorisme yang dilakukan Palestina kepada Israel. Lalu hal ini menjadikan penormalisasian ketika Israel melakukan penyerangan kembali yang lebih dahsyat yang dianggap sebagai bentuk pembelaan diri atas serangan yang dilakukan oleh Palestina. Padahal jika kita amati lebih baik, yang dilakukan Palestina pada peristiwa tersebut tak sebanding dengan perlakuan Israel selama bertahun-tahun.
Berbagai pendapat tokoh dunia mulai bermunculan di tengah konflik yang sedang memanas ini. Salah satu yang paling mencuat di media adalah anggapan bahwa penyerangan Hamas terhadap Israel merupakan tindakan terorisme. Hal ini di sebutkan juga oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden, "Saya mengatakan kepadanya bahwa Amerika Serikat mendukung rakyat Israel dalam menghadapi serangan teroris ini,". (Detik.com, 08/10/23)

Istilah terorisme atau teroris rasanya tidak lengkap dimunculkan dalam berita jika tidak ada kaitannya dengan Islam atau kaum muslim. Sebab biasanya yang menjadi ciri khas dari tindakan atau ciri-ciri terorisme dikaitkan dengan ajaran-ajaran agama Islam, misalnya jihad. Salah satunya pada peristiwa penyerangan yang dilakukan Palestina kepada Israel, apapun alasannya akan dianggap menjadi tindakan terorisme sebab sudah menjadi hal umum bahwa bentuk pembelaan kaum muslim dianggap sebagai tindakan terorisme. Hal ini menimbulkan banyaknya penuduhan terhadap Palestina, dan meningkatnya dukungan dari para sekutu Israel untuk mendukung penyerangan balik terhadap Palestina.

Di sisi yang lain, dukungan kaum muslim terhadap Palestina pun semakin banyak bahkan banyak para non muslim pun yang mulai mendukung Palestina yang saat ini sudah dalam keadaan gawat darurat. Namun dukungan ini hanya bisa sebatas pengarahan opini dan juga doa, sebab Israel sudah melakukan boikot dengan memblokade seluruh akses keluar masuk ke Palestina baik untuk masyarakat Palestina maupun para relawan yang ingin membantu Palestina. Bahkan sumber air dan listrik pun berhasil diputus oleh Israel, sehingga sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Memang benar, dukungan atas Palestina memang banyak, namun tak akan memberi pengaruh signifikan untuk kemerdekaan Palestina. Hal ini dikarenakan dukungan saat ini hanya bisa dilakukan oleh individu dan kelompok saja yang mana tak memiliki kekuatan lebih untuk mengalahkan Israel. Begitupun dukungan dari negara pun masih hanya sebatas opini atau pernyataan bahwa kepala negara yang diwakili oleh para menteri luar negeri menyatakan dukungan untuk Palestina. Hal ini dikarenakan, dukungan seperti ini sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya namun belum menunjukan hasil apapun. 

Konflik Palestina Israel pun tak dapat diselesaikan oleh lembaga perdamaian dunia yaitu PBB, bahkan seolah tak bisa berbuat apa-apa. Yang lebih parah, PBB justru dikabarkan akan memfasilitasi Amerika Serikat sebagai negara penjajah yang kerap kali mengeluarkan hak vetonya, yang mana sudah jelas bahwa Amerika Serikat merupakan negara adidaya pendukung Israel. Secara tidak langsung keputusan PBB ini menjadikannya berpihak pada Israel. Sekalipun PBB memberikan solusi jalan tengah dengan adanya identitas dua negara di Palestina ataupun dengan adanya gencatan senjata, tetapi hanya akan menguntungkan Israel. Sebab Tanah Palestina adalah tanah merdeka, mengapa harus dibagi dua dengan negara penjajah?
Palestina membutuhkan kekuatan besar yang berani menolong Palestina. Satu-satunya solusi untuk membantu Palestina adalah dengan kekuatan militer kembali, namun tak bisa dilakukan oleh satu atau duna negara saat ini.

Palestina membutuhkan kekuatan besar yang mampu menandingi Israel beserta para sekutunya. Kekuatan besar itu tidak lain hanyalah Negara Islam di bawah naungan Khilafah, sebuah institusi negara yang mampu memberikan keadilan untuk Palestina. Sebab kekuatan Khilafah mampu menaungi seluruh umat muslim dan memberikan keadilan bagi seluruh umat manusia. Dengan tidak adanya Khilafah di muka bumi ini, konflik Palestina Israel tidak akan pernah selesai. 

Tak ada cara lain selain hal itu karena menyerahkan permasalahan Palestina ke dunia internasional semakin mmebuka peluang penjajahan kaum kafir dan makin mengukuhkan keberadan Israel. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah Swt., “Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. An-Nisa’ [4]: 141)

Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar