Oleh Siti Aminah, S. Pd
(Pegiat Literasi Lainea)
Vivisualiterasi.com- Dunia industri merupakan salah satu tempat untuk menggantungkan perekonomian dari sebagian masyarakat di Indonesia. Dunia industri juga dikatakan mampu memperkokoh struktur ekonomi nasional sekaligus menciptakan lapangan kerja nyata kepada masyarakat. Namun nyatanya dunia industri di negeri kita hari ini tidak lagi menciptakan lapangan kerja, malahan menciptakan kepanikan dan kegelisahan kepada ribuan buruh.
Sebagaimana yang dilansir oleh (cnbcindonesia.com, 6/10/2023), ribuan buruh industri tekstil dilaporkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal itu diungkapkan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi.
Senada dengan di atas dilansir oleh (Cnbcindonesia.com, 5/10/2023), indukan Facebook, META kembali mengumumkan PHK. Pemecatan dilakukan pada Rabu 5 Oktober 2023 terhadap unit divisi reality labs yang berfokus pada pembuatan silikon khusus atau dikenal dengan FAST.
Dari pemaparan fakta di atas menunjukkan bahwa PHK massal kembali terjadi diakibatkan oleh berbagai faktor, mulai dari serbuan impor yang merajalela di negeri ini hingga menurunnya kinerja para buruh. Akhirnya ribuan karyawan di rumahkan atau diberhentikan dari pekerjaan mereka.
Akan tetapi kita harus menelusuri dulu dari kedua faktor yang disebutkan di atas. Jangan langsung membenarkan suatu kejadian, namun harus ditahu dulu akar masalahnya. Jika faktornya adalah serbuan impor sehingga terjadi PHK massal ini wajar terjadi. Karena jika barang-barang impor masuk ke negeri kita kemudian harganya lebih murah dibanding prodak dalam negeri, otomatis orang lebih memilih yang lebih murah. Apalagi kondisi kita hari ini memang tidak baik-baik saja dalam urusan ekonomi.
Jadi, jangan salahkan masyarakat membeli produk-produk impor. Namun negara harus hadir dan membuat mekanisme yang baik dan tidak merugikan negara itu sendiri. Agar barang-barang impor tidak berseliweran di pasar kita. Jika menginginkan negeri ini mandiri dari segi ekonomi dan industrinya tetap aman dan para pekerja tetap terjamin, maka negara harus hadir untuk memberlakukan aturan stop impor. Sebagaimana slogan dari negeri ini bahwa "cintailah prodak-prodak Indonesia".
Bagaimana dengan faktor penurunan kinerja dari para buruh atau para karyawan? Ini jika ditelisik lagi-lagi negara atau para pengambil kebijakan harus hadir dalam masalah ini. Karena mestinya negaralah yang memberikan atau menyediakan pekerjaan kepada rakyatnya sekaligus memberikan pelatihan agar ada skill yang mumpuni.
Hanya saja, negara malah berlepas tangan atas semua ini. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada dunia industri atau para pemilik modal. Sehingga para pemilik modal atau para pemberi lapangan kerja sesuka hati mereka mau menerima siapa dan mau memberhentikan siapa.
Semua ini tak lepas dari mekanisme atau regulasi yang diberlakukan oleh negeri ini. Tak heran di satu sisi melarang impor, namun di sisi lain melegalkan impor itu sendiri. Di satu sisi juga menginginkan para pekerja yang berkualitas, namun di sisi lain para pekerja tidak diberikan ruang atau tidak menfasilitasi mereka untuk mengembangkan skill atau potensinya. Tentunya kalau mau mengembangkan skill atau potensi diri harus mengeluarkan lagi uang sendiri.
Akhirnya ekonomi rakyat makin terpuruk. Karena kembali lagi bahwa sistem ekonomi yang diberlakukan hari ini baik ditingkat nasional maupun global, menerapkan sistem ekonomi kapitalisme sekularisme. Siapa yang bermodal maka mereka bisa berkembang dan berkuasa, sementara yang tidak bermodal menjadi buruh kasar dan harus siap menerima resiko pemberhentian dari pekerjaan yang dijalani.
Inilah potret sistem kapitalisme sekulerisme yang berdampak pada ketidak stabilan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Karena harta beredar hanya pada individu yang memiliki modal saja.
Sedangkan sistem Islam memiliki sistem ekonomi terbaik untuk menjaga kestabilan ekonominya. Diantaranya kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Berbicara tentang kebijakan fiskal artinya membahas tentang masalah pendapatan negara. Di mana dalam Islam sudah jelas sumber pendapatannya, yaitu dari baitul mal. Baitul mal ini bagian dari yang mengurusi masalah pemasukan dan pengeluaran dari negara.
Dari sinilah sehingga muncul sumber-sumber keuangan negara dan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu harta milik umum, milik negara, dan milik pribadi.
Pertama, harta milik umum. Harta milik umum harus dimiliki oleh seluruh rakyat dan dikelola sepenuhnya oleh negara untuk kepentingan rakyat seperti sumber daya alam. Sebagaimana sabda Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam, "Kaum muslimin bersekirat dalam tiga perkara, yaitu air, Padang rumput (hutan), dan api (energi)." (HR. Abu Daud).
Jika sumber daya alam dikelola oleh negara sepenuhnya dan peruntukannya jelas untuk kepentingan rakyat, maka bisa dipastikan rakyat akan sejahtera. Mulai dari ekonominya terpenuhi, pendidikan terjamin, kesehatan juga terjamin, dan harga-harga bisa dijangkau.
Kedua, harta milik negara. Harta milik negara seperti fa'i, jizyah, kharaj, dan ghanimah. Jadi harta ini negara mengelolanya untuk kepentingan rakyat bukan untuk individu.
Tiga, harta milik pribadi. Harta milik pribadi seperti zakat. Jadi setiap individu dari muslim memiliki kewajiban untuk membayar zakat.
Jadi, sumber pendapatan ini menjadikan negara mandiri dan mampu menyejahterakan rakyat. Sehingga tidak ada istilah barang impor jika sudah terpenuhi semua kebutuhan dalam negara. Negara juga wajib menyediakan lapangan kerja bagi rakyat untuk menghidupi keluarganya. Mereka akan diupah sesuai hasil kerja mereka. Bahkan tidak akan membiarkan keringat bercucuran tanpa upah.
Sebagaimana sabda Rasullullah Shalallahu Alaihi Wasallam, "Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih).
Ini dari segi kebijakan fiskal. Sementara tentang kebijakan moneter, mengatur tentang masalah mata uang. Islam memiliki mata uang dinar (emas) dan dirham (perak). Dengan mata uang ini sistem Islam bisa stabil ekonominya dan tidak pernah mengalami inflasi. Lihat saja harga emas hari ini dan di masa Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam tidak pernah berubah dan tidak mengalami penurunan harga.
Olehnya itu, hanya dengan sistem Islam rakyat sejahtera dan dengan Islam pula perekonomian akan stabil.
Maka, hari ini kita membutuhkan sistem yang mampu menyejahterakan rakyat bukan sistem yang menyengsarakan. Dan apa salahnya kita mencoba sistem Islam sebagai solusi kekacauan negeri kita hari ini. Bukankah sistem Islam sudah terbukti mampu menyejahterakan rakyat? Wallahu a'lam bishawab. [LPN]
0 Komentar