Subscribe Us

GENG MOTOR KEMBALI BERAKSI DAN ISLAM MENJADI SOLUSI

Oleh Rina Karlina
(Ibu Rumah Tangga)

Vivisualiterasi.com-Belum lama ini, media sosial dihebohkan dengan aksi geng motor yang dilakukan oleh para remaja di bawah umur. Mereka membuat onar di jalanan sehingga menimbulkan keresahan pada warga sekitar. Terekam oleh CCTV, para anggota geng motor tersebut melakukan pengeroyokan, yang kemudian rekaman itu dijadikan barang bukti oleh pihak kepolisian. 

Dari kejadian tersebut, aparat Polresta Bandung menangkap sembilan tersangka anggota geng motor atas kasus pengeroyokan yang viral terhadap seorang warga di Jalan Rancaekek-Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kapolresta Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo menceritakan bahwa sembilan anggota geng motor tersebut awalnya sedang berkumpul sambil menenggak minuman keras. "Kemudian pada saat minum-minuman keras, ada warga masyarakat yang lewat, kemudian melempar botol kosong kepada sembilan remaja tersebut," kata Kusworo saat mengungkap kasus di Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung (antaranews.com, 12/09/23). 

Potret buram kenakalan remaja ini sangat merugikan banyak orang, lebih miris lagi pelaku utamanya adalah anak-anak sekolah yang seharusnya fokus belajar dengan tekun dan rajin namun malah bersikap arogan di jalanan. Ini adalah salah satu konsekuensi dari diterapkannya sistem kehidupan sekuler liberal yang menimpa generasi muda. 

Geng motor ini seolah candu yang mesti diikuti oleh para remaja, meskipun sejarah mencatat bahwa asal usulnya sebagai komunitas biasa tanpa ada keterlibatan dalam tindakan kriminalitas. Dikutip dari Republika.co.id, media 1990-an mencatat bahwa geng motor di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, dijadikan sebagai tempat bersilaturahim, berbagi ilmu dan pengalaman. Nyaris semua geng motor di abad 20 itu berhaluan positif. Pada masa itu, hanya sebagian kecil geng motor yang terlibat dalam kriminalitas dengan jumlah relatif sedikit serta anggotanya berusia di atas 30 tahun.

Namun, istilah geng motor berubah drastis setelah tahun 2000-an ketika persepsi masyarakat tentang geng menjelma menjadi preman-preman pengendara motor dan terlibat kriminalitas. Ironisnya, pada abad ke 21 ini, kelompok-kelompok tersebut didominasi oleh remaja berusia 14-25 tahun yang tampak tidak sadar telah menjadi pelaku tindakan premanisme maupun pembegalan.

Perilaku remaja saat ini memang sudah di luar batas usianya, mereka tidak segan  memperlihatkan sikap agresif berupa tindakan-tindakan brutal seperti kekerasan terhadap kerabat dekat hingga orang yang tidak dikenal. Terlebih lagi mereka secara terang-terangan berani bermaksiat dengan meminum-minuman keras yang sudah jelas diharamkan dalam Islam, sekaligus dapat membahayakan kesehatan dan mental.

Penyebab kenakalan remaja adalah tidak adanya kontrol dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Terlebih lagi negara, sebagai pihak yang memiliki kewenangan tertinggi seolah-olah membiarkan dan menganggap hal tersebut adalah wajar. Negara dinilai sangat lamban dalam mengatasi permasalahan ini. Kelalaiannya mengakibatkan kenakalan remaja semakin brutal dan meresahkan masyarakat. Kelalaian tersebut berupa acuhnya negara dalam memenuhi kesejahteraan umat termasuk kepada remaja, sehingga mereka mencari kenyamanan sendiri secara bebas tanpa ada yang mengatur hingga terperosok ke dalam pergaulan yang salah. Bahkan negara memperparah kerusakan umat dengan menyuguhkan tontonan yang tidak mendidik seperti kekerasan, bulliying dan seks di televisi maupun di berbagai media sosial.

Kerusakan akidah yang terjadi pada remaja adalah buah dari kehidupan masyarakat yang individualisme. Ketika seseorang mengalami kegagalan dalam mendidik anak, tidak sedikit yang merespon dengan cemoohan dan sindiran yang minim empati kepada saudara, teman dan tetangga yang ada disekitarnya. Anjuran dalam Islam untuk beramar ma'ruf nahi mungkar terhadap sesama diabaikan, bahkan sangat sulit dilakukan ditengah-tengah masyarakat. Sikap individualisme ini semakin memperparah keadaan umat.

Seharusnya, pihak yang menjaga dan melindungi anak dari rusaknya pergaulan bebas adalah keluarga. Ibu adalah sosok pertama yang diharapkan oleh anak, fitrahnya seorang ibu adalah memberikan kasih sayang dengan penuh kelembutan sehingga anak merasa nyaman di dekatnya. Namun, tidak semua anak bisa merasakan hal itu, disebabkan kebutuhan mendesak secara ekonomi memaksa ibu untuk bekerja dan meninggalkan mereka. Sedangkan ayah bertanggung jawab mencari nafkah, seolah beranggapan bahwa mendidik anak adalah tugas Ibu dan guru di sekolah.

Semakin lengkaplah kerusakan keluarga secara internal dan eksternal. Ini semua terjadi karena diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang menjauhkan Islam dari kehidupan dengan berlandaskan materialisme. Dampaknya, ayah dan ibu membangun keluarga tidak berlandaskan iman dan takwa. Sehingga, ayah dan ibu tidak memahami bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga.

Dari sisi remaja, generasi gen Z saat ini cenderung malas dan ingin serba instan. Maka wajar mereka mengabaikan ilmu Islam bahkan menjauhkannya, sedangkan mencari ilmu islam itu wajib hukumnya. Dari hadits Nabi terkait kewajiban menuntut ilmu yaitu, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913).

Sejarah Islam menceritakan banyaknya generasi muda hebat seperti Usamah bin Zaid saat usia 17 tahun menjadi panglima perang menghadapi serbuan tentara Romawi. Abdullah bin Abbas saat usia 12 Tahun merupakan sahabat yang paling paham ilmu tafsir. Mu'adz bin Amr bin Jamuh saat usia 13 Tahun dan Mu'awwidz bin 'Afra saat usia 14 Tahun keduanya berhasil membunuh jenderal musyrikin Quraisy. Dan masih banyak lagi pemuda hebat lainnya yang masa mudanya dihabiskan untuk menimba ilmu agar bermanfaat bagi umat, sebagai bukti ketaatannya kepada Allah Swt. 

Fenomena geng motor ini tidak akan pernah terselesaikan jika penanganannya tidak sesuai dengan sistem Islam. Maka wajib bagi kita untuk mengambil hukum-hukum Allah agar bisa menuntaskan semua problematika umat hingga ke akar. Dan sudah sepatutnya juga kita sebagai seorang muslim banyak belajar dari sejarah Islam dalam mendidik anak. Karena Islam tidak pernah gagal melahirkan generasi umat yang unggul dan cemerlang. Semua ini hanya akan terwujud ketika sistem kufur beralih kepada sistem Islam. Wallahua'lam bish-shawab.[Dft]


Posting Komentar

0 Komentar