Vivisualiterasi.com- Aksi tawuran antar pelajar semakin hari semakin mengkhawatirkan masyarakat. Generasi muda kian hari kian rapuh ketakwaannya. Tidak lagi takut akan dosa atas apa yang dilakukannya. Miris!
Pada awal tahun ajaran baru 2023, generasi muda mengawali aktivitasnya dengan melakukan aksi tawuran antar sekolah, yang dilakukan bukan hanya di satu daerah tetapi di berbagai daerah.
Disadur dari laman beritasatu.com, Minggu (23/07), sebagian pelajar hendak melakukan aksi tawuran yang kemudian sudah diamankan oleh Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Jumlahnya ada 20 pelajar dan ada yang membawa senjata tajam. Di daerah lain, di Jalan Raya Bandengan Utara, Penjaringan, Jakarta Utara para pelajar melakukan aksi tawuran yang di mana sangat meresahkan masyarakat setempat. (antaranews.com, 18/07/2023)
Masih ada aksi lagi di berbagai daerah, salah satunya ada di daerah tangerang. Para pelajar dari Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, seorang pelajar ada yang terkena sabetan senjata tajam dalam aksi tawuran tersebut sehingga baju seragamnya berlumuran darah. Pihak Kapolsek Teluknaga, AKP Zuhri Mustofa sedang menyelidiki dan mendalami aksi tawuran antar para pelajar yang saat ini belum diamankan dan sedang mencari pelaku pembacoknya. (tangerangnews.com, 23/07/2023)
Tahun ajaran baru diawali dengan aksi tawuran oleh para pelajar. Mereka melakukan itu hanya sekadar ingin terlihat kuat. Selain itu ada faktor lain, yakni diterapkannya sistem sekularisme-liberalisme. Sekularisme memisahkan agama dari kehidupan) dan liberalisme menjunjung tinggi kebebasan. Generasi muda seharusnya menjadi kebanggaan negara dan menjadi pemimpin di masanya, akan tetapi karena diterapkannya sistem sekuler dan liberal, mereka seakan-akan hidup tidak punya tujuan. Dalam aspek pendidikan yang diterapkan bukan menjadikan mereka generasi yang cemerlang, tetapi mereka menjadi generasi yang gersang akan keimanan dan ketakwaan, di mana hanya menghasilkan generasi perusak dan mencari kesenangan semata. Ironis!
Akibat dari diterapkannya sistem sekularisme-liberalisme, para pelajar tidak lagi menghiraukan apakah perbuatan mereka itu dosa atau tidak? Apakah Allah marah dengan aktivitas tersebut atau tidak? Dan tidak memahami bahwa semua aktivitas selama di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumil akhirat kelak.
Aksi tawuran adalah aktivitas yang sangat merusak dan meresahkan masyarakat, karena aksi tersebut bisa menimbulkan korban luka bahkan korban jiwa. Karena lahir dari sistem negara yang rusak, maka output dari pendidikan pun tidak berbekas di dalam diri para pelajar, karena khususnya pendidikan agama hanya teori, tidak diarahkan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Keimanan dan ketakwaan para pelajar jauh dari identitasnya sebagai generasi muslim sejati.
Berbeda dengan sistem Islam di mana Islam adalah sebuah ideologi yang memancarkan di dalamnya aturan kehidupan, sesuai fitrah manusia, menenangkan hati dan menentramkan jiwa umat manusia. Maka, untuk para generasi muda di dalam sistem Islam sangat diperhatikan dan dididik dengan asas akidah Islam. Dalam aspek pendidikannya pun sangat difasilitasi dan diapresiasi segala kebutuhannya untuk mendukung menjadi generasi yang cemerlang dan memiliki keimanan serta ketakwaan yang kokoh.
Ketika dalam aspek pendidikan generasi muda sudah paham akan aktivitas yang mana Allah suka dan benci, dan hubungan dengan Allah semakin dekat alias akidahnya sudah kuat. Maka, ouputnya pasti akan menjadi generasi muda yang cerdas dan berkepribadian Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
Dan aktivitas seperti tawuran yang dilakukan generasi muda saat ini tidak akan terjadi ketika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Para pelajar akan mudah diarahkan dan para pelajar pun otomatis paham bahwa aktivitas tawuran tidak disukai Allah dan RasulNya. Karena semua perbuatan dosa akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti.
Saat ini para pelajar atau generasi muda dengan mudahnya melakukan aktivitas yang Allah benci, karena sistem saat ini sudah menjauhkan generasi muda dengan agamanya yakni Islam, dari segi pendidikannya pun tidak mengarahkan pemuda atau para pelajar dengan tujuan yang benar, tujuannya hanya mencari materi semata. Hasilnya para pelajar saat ini tidak paham akan tujuannya hidup di dunia, dan liberalnya (bebasnya pergaulan) yang membawa mereka kepada jurang kemaksiatan dan kriminalitas. Ditambah sekulernya tidak mengindahkan pahala dan dosa, halal dan haram ketika melakukan aktivitas-aktivitasnya. Maka, jadilah mereka para pelajar atau generasi muda yang mudah putus asa, mental illness (Gangguan Mental), stres/depresi, kriminal, dan lain-lain.
Ditambah negara tidak menjaga akidah, jiwa dan akal rakyatnya khususnya para pelajar dalam aspek pendidikan, kurikulum yang selalu berubah, ilmu agama pun tidak terlalu diperhatikan dalam mata pelajaran di sekolah, hanya sebatas teori. Solusinya pun hanya parsial saja, hanya merubah kurikulum itupun tidak ada output yang memengaruhi pemikiran para pelajar dalam kehidupan sehari-hari. Negara tidak mampu menghilangkan problem-problem generasi muda saat ini, yang ada malah menjauhkan generasi muda dengan jati diri mereka sebagai muslim.
Dan ditambah lagi masyarakat yang tidak peduli kepada sesama, hanya memedulikan orang-orang terdekat saja, kalau bukan keluarganya tidak peduli dan tidak diingatkan. Padahal amar makruf nahi mungkar itu wajib ditengah-tengah masyarakat agar terwujud masyarakat yang peduli satu dengan yang lainnya.
Selain negara, masyarakat juga khususnya keluarga yang semestinya mengarahkan anak-anak sejak dini tentang hakikat kehidupan, dari pengajaran orangtua kepada anaknya, bahwa kita adalah sebagai hamba Allah yang mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Ketika sejak kecil dipahamkan sebuah konsekuensi setiap perbuatan, maka ketika sudah dewasa tinggal menerapkannya, harus didukung oleh masyarakat dan negara. Di mana negara adalah sebagai pelindung masyarakat dan keluarga, khususnya aktivitas para pelajar atau generasi muda saat ini.
Maka sudah sepatutnya umat muslim menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Bahwa hanya dengan menerapkan sistem Islam generasi muda terarahkan tujuannya dan menjadi generasi terbaik serta berkepribadian Islam. Dalam ayat suci Al-Qur'an Allah Swt berfirman:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (TQS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)
Sudah jelas dalam ayat di atas bahwa umat Islam adalah umat terbaik, yang di mana berbuat kebaikan dan beramar makruf nahi mungkar, seperti para sahabat Rasulullah saw., di masa Islam tidak ada yang melakukan hal-hal yang Allah benci, apalagi yang jelas haram. Karena mereka sudah paham konsekuensi setiap perbuatan yang dilakukan. Bahwa semua itu kelak akan dihisab, maka harus hati-hati dalam melakukan segala perbuatan. Namun berbeda dengan para pelajar saat ini mereka sering melakukan aksi tawuran dan itu terus terjadi lagi dan lagi, masalah tersebut seperti benang kusut di kaki ayam, tidak ada solusi untuk menyelesaikannya.
Inilah sistem sekuler-liberal, menjauhkan para pelajar dari Islam. Pendidikan sekuler tidak akan menghasilkan pelajar yang cemerlang dan berkepribadian Islam, tapi sebaliknya yakni menghasilkan pelajar yang dangkal pemikirannya dan berkepribadian yang jauh dari Islam.
Dalam hukum Islam ketika sudah baligh akan terkena taklif (beban) hukum di pundaknya, maka ketika seorang pelajar yang sudah baligh melakukan kemaksiatan, kriminal/kejahatan, ia sudah terkena taklif dan setiap perbuatannya akan dihukum sesuai dengan hukum Islam. Berbeda dengan sistem sekuler saat ini, anak pelajar yang dibilang belum dewasa, belum usia 17 tahun standar usia sistem saat ini, ketika melakukan tindak kriminalitas khususnya tawuran tidak akan dihukum, bisa ditebus oleh pihak keluarga dan dilepaskan. Maka dari itu kriminalitas atau tawuran masih terus terjadi lagi dan lagi, karena tidak ada efek jera atau sanksi yang diberikan kepada pelajar yang berbuat keburukan.
Hanya dengan sistem Islam para pemuda menjadi pemuda yang bersyakhsiyah (berkepribadian) Islam dan cerdas, di mana memahami konsekuensi setiap apa yang dilakukannya. Karena dari pendidikan, lingkungan dan negara di mana lingkungan sangat mendukung dalam beramar makruf nahi mungkar, saling nasehat menasehati, pendidikannya pun menjadikan pemuda berkepribadian Islam dan negara menjaga akal, akidah, jiwa rakyatnya, khususnya para pemuda/pelajar.
Jadi, hanya Islam solusi dari kenakalan atau aksi tawuran yang dilakukan sebagian para pelajar saat ini, pendidikannya harus pendidikan yang berbasis dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, pasti ouputnya akan berkepribadian Islam dan bertakwa kepada Allah Swt.
Hukum-hukum Islam tidak akan bisa terlaksana jika tidak diterapkan sistem pemerintahan Islam yakni Islam kaffah di seluruh alam semesta ini. Maka dari itu, kita sebagai kaum muslimin sudah selayaknya menerapkan sistem Islam di seluruh penjuru dunia, agar generasi atau para pelajar menjadi pelajar/pemuda yang bersyakhshiyyah Islam, cemerlang, memimpin peradaban Islam dan bertakwa kepada Allah Swt. Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]
1 Komentar
Keren tulisan nya, kedepan nya semoga semakin baik lagi tulisan nya agar bisa mencerahkan ummat 😎
BalasHapus