Subscribe Us

MALU BERTANYA SESAT DI JALAN

Oleh : Muh. Ilang Asy-Syahid
 (Kontributor Vivisualiterasi Media)


Vivisualiterasi.com-Dari judul tulisan ini, pembaca mungkin sudah mendapatkan gambaran tentang apa yang akan menjadi fokus pembahasan.  Yap, mengenai orang-orang yang hanya mendengar "katanya" dari orang lain tanpa menelaah dan mengklarifikasi informasi yang didapatnya. 
Misalnya saja, ada seseorang yang berkata kepadanya, "Kalau makan sering pindah tempat setiap satu kali makan, dikhawatirkan akan mendapat jodoh lebih dari satu, juga sesuai berapa kali dia pindah dalam makannya." 

Orang yang tidak mau menelaah dan mengklarifikasi pernyataan tersebut akan mengiyakan dan menelan pernyataan tersebut bulat-bulat. Hasilnya apa? Ya, apa lagi kalau bukan kekeliruan dalam hidupnya?

Padahal, seandainya ia bertanya terlebih dahulu, mencari tahu apa maknanya dan mencari tahu informasi yang tepat tentangnya maka ia tentunya tidak akan digolongkan sebagai orang yang jahil dikarenakan hal sepele tersebut. 

Melihat realita yang dijalani umat Islam, peribahasa tersebut akan sangat relevan. Mungkin kita sadar bahwa selama ini umat hanya mendengar isu-isu buruk tentang ajaran Islam, seperti jihad, khitan, wa bil khusus Khilafah, yang menjadi topik utama dalam tulisan ini, tidak sesuai  dengan fakta, hanya sebatas framing dan fitnah semata. 

Umat hanya mendengar opini negatif tentang ajaran Islam (Khilafah) tapi lupa mempertanyakan Khilafah itu seperti apa? Dan bagaimana? Benarkah semua yang mereka katakan tentang Khilafah? Mereka tidak mempertanyakan soal itu sama sekali. 

Mereka juga tidak pernah sama sekali mempertanyakan; apakah Demokrasi sesuai dengan ajaran Islam? Atau apakah Demokrasi ajaran Islam?

Padahal sejatinya Khilafah itu murni ajaran Islam bukan ajaran sesat seperti yang media sering tuduhkan. 

Kemenangan Islam itu adalah sebuah kepastian dan Khilafah
itulah kemenangan umat Islam berdasarkan QS. an-Nur ayat 55, Allah Berfirman:

"Allah telah menjanjikan kepada orang orang diantara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang  sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah dia ridhoi. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka,setelah berada dalam ketakutan menjadi aman, sentausa. mereka (tetap) menyembahku dan tidak menyekutuhkan-ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." 

Dari Nu'man bin Basyir dari Hudzaifah, berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Akan ada masa kenabian di antara kamu, dengan kehendaknya dia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekhilafahan berdasarkan metode kenabian, dengan kehendak Allah dia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengangkatnya. Kemudian akan ada masa mulkan adhon (pemerintahan yang mengigit), dengan kehendak Allah dia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengangkatnya. Kemudian akan ada masa mulkan jabariyyah (pemerintahan yang diktator) dengan kehendak Allah, dia akan tetap ada kemudian Dia mengangkatnya. Kemudian akan kembali masanya Khilafah berdasarkan metode kenabian, kemudian beliau terdiam. (HR. Ahmad : 4/273  dan Baihaqi  Mishqatul Mashabih halaman 461). 

Ayat dan hadits di atas membuktikan bahwa Khilafah murni ajaran Islam. Bahkan semua imam madzhab sepakat dengan wajibnya penegakan syariah dan Khilafah. 

Sementara demokrasi, ajaran plato dari Yunani, bahkan di kitab-kitab para ulama tidak ada satupun yang membahas tentang Demokrasi. Jangankan membahas, menyinggung saja tidak pernah sama sekali. 

Itu semua adalah bukti bahwa demokrasi tidak sesuai dengan syariah Islam. Tapi mengapa tetap saja masih dipertahankan? Sementara Khilafah yang merupakan ajaran murni Islam diabaikan. 

Padahal demokrasi rusak (tabiatnya). Tapi tetap saja masih mereka pertahankan, sistem kapitalisme demokrasi pula yang membuat umat sengsara tapi masih saja mereka mengambil sistem kapitalisme demokrasi tersebut. Tapi mereka enggan untuk menyadari itu semua, mereka bertahan di zona nyaman yang penuh dengan ilusi ini. 

Di saat HT1 dan FP1 mendakwahkan sistem Islam, terkhusus Khilafah yang akan menjamin kenikmatan dunia akhirat, malah mereka dengan tegas menolak. Dan di saat yang bersamaan mereka mengklaim HT1 & FP1 sebagai ormas Islam yang radikal. Seakan-akan mereka (HT1 & FP1) adalah dalang atas kerugian yang dialami negara dan yang menjadi momok yang menyeramkan. Padahal yang membuatbuat pertamina rugi 11 triliyun bukan HT1 ataupun FP1. Yang menjual aset BUMN bukan juga HT1 atapun FP1. Yang pernah membuat negara +62 membayar denda ke negara tetangga karena asap pembakaran, juga bukan HT1 dan FP1. Yang  korupsi dana bansos juga bukan HT1 dan FP1. Tapi seolah-olah merekalah yang merugikan negara. HT1 dan FP1 juga tidak pernah membunuh ataupun membuat teror. Padahal sejatinya merekalah yang berkoar-koar NKRI harga mati itulah yang membuat rugi negara.

Umat telah dibohongi oleh penguasa negeri +62, karena mereka takut jika Khilafah tegak, hukum Islam akan diterapkan secara kafah. Sebab, jika Islam yang dijadikan asas kehidupan, mereka tidak akan bisa lagi  korupsi dan bertindak seenaknya. Itulah yang mereka takutkan selama ini.  

Maka tidak mengherankan jika mereka berusaha mengkambinghitamkan para pejuang Islam kafah, terkhusus para pejuang Khilafah. 

Sistem kapitalisme demokrasi sudah sangat mengecewakan kita semua termasuk umat Islam. Umat ini harus memiliki pemikiran yang cemerlang agar kita tidak mudah untuk dimanipulasi oleh rezim zalim yang tengah berkuasa saat ini.

Saatnya kita kembali pada Islam. Kita terapkan hukum Al-Qur'an dan As-Sunnah secara menyeluruh (kafah). Dan hanya sistem Khilafah yang mampu melaksanakan itu semua bukan demokrasi.

"Wahai orang orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara kafah (menyeluruh) dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan, sesunggunya syaithan adalah musuh yang nyata bagi kalian." (QS. Al-Baqarah: 208)

Islam adalah agama aturan, tidak ada satu pun aspek kehidupan yang tidak diatur Islam, termasuk cara bernegara. Wallahua'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar