Subscribe Us

DI BALIK BAI’AT AQOBAH II

Oleh Suci Riyani, S.E
(Kontributor Media Vivisualiterasi)


Vivisualiterasi.com-Berbicara tentang Mushab bin ‘Umair maka tidak terlepas dengan peran dakwahnya di Kota Yastrib, yang saat ini kita sebut Madinah. Kalau kita bisa menghitung pahala penduduk Madinah, maka sangat besarlah pahala yang mengalir Mushab bin ‘Umair. Kemudian peristiwa wafatnya Sa’ad bin Muadz yang sampai menggetarkan arsy-Nya Allah, Mushab lah yang mengislamkan Sa’ad bin Muadz.

Peristiwa baiat aqabah kedua tidak terlepas dari keberlanjutan proses baiat aqabah pertama. Karena keberhasilan dakwah Islam dimulai dari datangnya 12 orang penduduk Yastrib (Madinah) untuk berbaiat kepada Rasulullah secara langsung saat musim haji di Mekkah. Dan saat kembali ke Madinah, mereka meminta untuk dikirimkan seorang da’i agar bisa mengajarakan agama kepada mereka di Yastrib. 

Kemudian Rasulullah mengutus Mush'ab bin 'Umair untuk menemani mereka. Mush' ab disana diminta Rasulullah untuk mengajarkan Islam, membacakan Al-Qur'an, memberi pemahaman agama kepada mereka. Jelas sekali 12 orang itu bukan orang sembarangan, karena mau dengan rida berbaiat kepada Rasulullah. 

Selama setahun Mush'ab dakwah di Madinah ditemani oleh As'ad bin Zurarah membawa hasil yang gemilang. Dalam waktu yang singkat itu tidak satu rumah kaum Anshar kecuali di dalamnya dihuni laki-laki dan wanita-wanita muslim. Mush'ab bin 'Umair juga bisa dikatakan memiliki karakter yang 'good looking'. Sebab, selain tampan, juga indah dalam membacakan Al Qur' an membuat orang yang mendengarkannya terkesima dan jatuh cinta kepada Islam. 

Maka dari itu dia dinamakan Muqarri Madinah. Selain itu, dalam proses menyampaikan Islam selain tahu background orang yang akan menerima dakwah, kita juga harus mempunyai personal yang baik, supaya orang mau menerima dakwah yang kita sampaikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa inilah yang menjadi mukjizatnya Al Qur'an, ketika dibacakan dan diajarkan melalui orang yang punya personality, maka yang mendengarkan Qur'an pun akan merasakan kemulian dan terenyuh jiwanya untuk menerima Islam.

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Mush'ab, dia berhasil mengislamkan Usaid bin Hudhair dan Sa'ad bin Muadz, yang kita tahu mereka adalah pembesar-pembesar suku di Madinah. Sebelum Islam hadir di Madinah, di sana sudah ada agama Nasrani, Yahudi, dan penyembah berhala. Hal yang menarik juga untuk dibahas adalah tipe masyarakat yang ada di Mekkah dan Madinah. Meskipun notabenenya adalah sama-sama penyembah berhala (yang tidak memeluk Nasrani dan Yahudi). Kalau masyarakat Madinah, karakternya adalah orang-orang yang 'open minded' karena bisa merasakan kesalahan-kesalahan pemikiran dan mau untuk berubah yang lebih baik. Sehingga ketika ada yang menyampaikan dakwah Islam, maka hatinya langsung tergerak untuk mantap berislam. 

Sedangkan masyarakat Mekkah, mereka bisa dikatakan memiliki karakter yang mempertahankan status quo mereka di tengah kaumnya. Sehingga sampai mati pun tidak mau mengubah keyakinan yang dianggapnya benar, padahal mereka sudah tahu akan kesalahannya. Sebagai contohnya Abu jahal. Sampai mati dia pertahankan pendiriannya meskipun dia tahu kalo itu salah, ini karena dia takut akan kepemimpinannya di suku Quraisy hilang ketika menerima Islam.

Lantas, menariknya adalah kenapa dulu masyarakat Madinah tidak tertarik untuk mengikuti millah Yahudi? Padahal sebelum Islam datang, di sana sudah ada Yahudi. Alasannya adalah bangsa Yahudi memang tidak mau untuk menyebarkan agama mereka. Karena mereka menganggap hanya keturunan mereka lah yang berhak dan bisa dikatakan bangsa Yahudi. Jadi, secara tersirat mereka sendiri yang memberikan pernyataan bahwa mereka adalah bangsa yang “Exsclusive”. Sebab selain keturunan mereka, tidak bisa menjadi bagian dari mereka. Itulah sombongnya mereka, menganggap kaumnya saja yang hebat. Maka dari itu, ketika Islam datang pada mereka (masyarakat Madinah) mereka sangat mudah untuk menerimanya dengan lapang, karena agama (Islam) ini sesuai dengan fitrah dan masuk kepada akal mereka. Hal ini menjadi nasihat dan motivasi bagi kita orang-orang mukmin untuk selalu semangat mendakwahkan Islam. 

Kita bisa belajar banyak dari Mushab bin ‘Umair, di tangan dialah semua penduduk Madinah masuk Islam. Kita lihat bagaimana dakwahnya Mushab yang datang ke rumah-rumah penduduk Yastrib, dia datangi para petani ke kebun-kebun, mendatangi pembesar-pembesar suku di sana. Ini harus menjadi evaluasi untuk para pendakwah dimanapun berada, bahwa dakwah itu memiliki kemuliaan yang sangat besar derajatnya di sisi Allah Swt. 

Maka jangan selalu berkutat pada kalimat “kapan kemenangan Islam akan tiba? Padahal saya sudah dakwah, saya sudah lelah”. Mari kita coba ganti kalimat itu dengan, apakah ikhtiar dakwah kita sudah maksimal? Apakah kita sudah seperti Mushab yang dakwahnya diluar mimbar misalnya dengan mendatangi rumah orang satu-persatu? Apakah metode dakwah kita sesuai dengan metodenya Rasullullah? 

Nah ini yang menjadi evaluasi setiap saat oleh pendakwah, agar selain tujuan kita tercapai untuk kemenangan Islam, juga harus menyamakan metode dakwah yang Rasulullah ajarkan. Sehingga ketika kita Tanya kapan pertolongan Allah itu, maka sebenarnya Allah sudah menjawab pertolongan-Nya amat dekat. Tinggal kita mau mengikuti metode dakwahnya Rasul atau tidak. Wallahu a’lam bishawab. [DFT]

Posting Komentar

0 Komentar